Dua Sisi Mata Uang Mengunyah Siri Pinang, si Buah Kecil Tradisi Leluhur

0

Oleh : dr. Agatha Terencia [dokter Umum di RS Bunda Pengharapan]

Areca Catechu atau yang lebih dikenal dengan buah pinang adalah salah satu jenis tanaman yang banyak tumbuh di wilayah dengan iklim tropik salah satunya di Asia Pasifik serta Afrika Timur.  Masyarakat lokal Indonesia, termasuk salah satunya di Merauke, banyak menjadikan konsumsi buah pinang sebagai salah satu tradisi lokal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi seterusnya. Tradisi mengunyah pinang ini biasanya dipadukan dengan tepung kapur serta daun sirih sebagai penetralisir rasa sehingga rasa asam, pahit, serta getir yang dihasilkan dari buah pinang itu sendiri tidak terlalu menonjol. Selain karena dianggap memiliki khasiat sebagai penguat gigi maupun gusi, buah pinang juga diketahui memiliki kandungan zat psikoaktif yang adiktif yang membuat buah ini menjadi seolah- olah candu bagi yang mengonsumsinya.  Tradisi ini sebenarnya tidak hanya terjadi di daerah- daerah di Indonesia melainkan juga di beberapa negara di Asia salah satunya Taiwan, India, Thailand, Malaysia, Vitenam, Kamboja, Laos, Bangladesh, SriLanka, dan Cina. Salah satu hal yang menarik adalah ternyata kebiasaan mengunyah buah pinang dilakukan oleh hampir 15% dari total populasi dunia, yaitu sekitar 600 juta orang. Tidak sedikit juga artikel nasional maupun internasional yang menjadikan buah pinang (betel nut) sebagai salah satu topik penelitian mereka dalam mencari tahu efek baik maupun buruknya bagi tubuh manusia.

Tradisi mengunyah sirih pinang dilakukan oleh hampir semua kalangan di Merauke. Laki- laki maupun perempuan, usia muda maupun tua, mengunyah sirih pinang sebagai kebiasaan mereka sehari- hari. Hal ini juga ditunjang dengan maraknya penjual buah pinang yang dapat kita temui di setiap sudut kota Merauke. Menurut beberapa artikel yang ada, ternyata buah ini sudah ada sejak 3000 tahun yang lalu yang diperkenalkan oleh manusia Austronesia yang bermigrasi ke pesisir Papua. Sebagai tumbuhan buah- buahan yang bisa tumbuh baik hanya di dataran rendah, wajar saja buah ini tumbuh dengan sangat baik dan subur di Merauke. Dari buah kecil inilah, roda perekonomian Merauke sedikit bisa berputar.

Dari sejarah yang ada, jelas sekali bahwa buah pinang pasti memiliki efek baik yang dihasilkan hingga dapat menjadi hal yang rutin dikonsumsi oleh semua kalangan. Menurut tradisi, kegunaan mengunyah sirih pinang adalah untuk memperkuat gigi dan gusi, mengharumkan nafas, mengobati perut yang sakit dengan cara disemburkan pada perut, mengurangi rasa lapar, mengobati penyakit kecacingan, mengobati sakit kepala, membantu masalah pencernaan dan lainnya. Para wanita juga percaya bahwa mengunyah sirih pinang pada trimester awal kehamilan dapat mengurangi keluhan mual muntah pada kehamilan. Selain dapat menyebabkan efek baik dalam sisi fisik, pinang juga diketahui dapat mengatasi perasaan cemas dan gelisah. Namun efek ini sepertinya erat kaitannya dengan senyawa adiktif yang terkandung dalam buah pinang, yang menyebabkan jika seseorang tidak mengonsumsi pinang dalam sehari, akan terjadi perasaan kegelisahan dan stress.  Dalam sebuah artikel, dikatakan bahwa potensi ketergantungan dari buah pinang sama kuatnya dengan rokok.

Namun, dari sekian banyak manfaat pinang, banyak juga artikel- artikel penelitian yang telah menunjukan bahwa mengunyah buah pinang memiliki banyak pengaruh yang tidak baik. Salah satunya adalah sifat karsinogeniknya yang menyebabkan peningkatan risiko terhadap kejadian kanker mulut dan orofaring secara signifikan. Proses terjadinya adalah karena adanya senyawa alkaloid, poliphenols, tannins, dan lainnya yang pada akhirnya menyebabkan gangguan preneoplastic dan terjadilah kanker. Selain sebagai karsinogenik, buah pinang juga ditemukan dapat menyebabkan penyakit darah tinggi, jantung koroner, diabetes, dan anemia. Hal ini terjadi karena efek kolinergik yang ada dalam buah pinang yang secara cepat dapat menyebabkan jantung lebih berdebar, gangguan irama jantung, dan penyempitan pembuluh darah jantung. Selain itu, kebiasaan mengunyah pinang dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan penurunan kadar vitamin B12, B1, dan vitamin D melalui peranan substansi arecoline yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, hal ini akan berdampak pada terjadinya anemia akibat defisiensi vitamin- vitamin tersebut.  Selain itu, arecoline juga dapat mengganggu tumbuh kembang janin dalam kandungan melalui efek penurunan aliran darah ibu-janin hingga pada akhirnya dapat menyebabkan pada kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, serta stunting.

Dari hasil pembahasan di atas, kini muncul pertanyaan bahwa apakah tradisi indah leluhur ini harus diteruskan ataukah harus dihentikan? Pastinya akan banyak jawaban dan pertimbangan. Namun, jika kita telaah secara medis, beberapa jurnal penelitian menyebutkan bahwa rata- rata konsumsi buah pinang yang aman adalah 1-3 buah per hari dengan durasi  mengunyah sekitar 20 menit. Menariknya, 20 menit memiliki penjelasannya tersendiri. Secara ilmiah, diketahui bahwa senyawa arkeolin mulai bekerja pada system parasimpatis manusia setelah 5 menit dikonsumsi, dan akan bertahan dalam tubuh untuk 20 menit selanjutnya. Setelah itu, efeknya akan perlahan memudar. Walaupun sejauh ini tidak ada satupun jurnal maupun penelitian yang mengeluarkan aturan terkait jumlah maksimal konsumsi buah pinang per hari, namun pembatasan jumlah perlu dilakukan agar tradisi unik yang sudah turun temurun berlangsung ini tetap dapat dipertahankan tanpa menyebabkan efek buruk bagi yang melakukannya.[***]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *