Panen Melimpah, Petani Butuh Tambahan Combine
Merauke, PSP – Sekitar 6.368 hektar sawah siap panen di Ditrik Tanah Miring belum bisa panen akibat kurangnya combine (mesin pemotong padi). Akhirnya, sebagian padi terlalu tua dipohon dan ambrug, kemudian berakhir pada menurunnya kualitas hasil panen.
Kepala Dsitrik Tanah Miring, Riski Firmansyah, menegaskan sertiap hari dia dihadapkan dengan keluhan petani yang tidak memperoleh mesin combine untuk memotong padi. Sehingga, menurutnya percuma petani menanam ribuan hektar namun pada akhrinya kesulitan dalam memanen.
“Dari total 9365 hektar lahan, yang terealisasi sampai April ada sekitar 8653 hektar yang sudah ditanam. Namun, yang berhasil dipanen baru sekitar 2285 hektar. Jadi kenapa yang dipanen baru 2 ribuan hektar, sedangkan padi sudah semakin tua dan sebagian padi masih berdiri. Coba bapak lihat kebelakang, padi gugur dan terendam belum juga dipanen, karena combinenya kurang.”
“Handphoen saya berbunyi tiap hari ditanyakan bagaimana supaya padi bisa dipanen. kemudian sesama petani berkelahi karena dilewatkan combine. Percuma kita panen ribuan hektar, kalau combinennya tidak ada. Kalau sistem manual, siapa yang mampu memanen sekian ribu hektar. Tolong dibantu pengadaan combine, karena tenaganya tidak ada,” Tegas Riski dalam dialog panen raya, di kampung Yaba Maro SP 9, Distrik Tanah Miring, Selasa (12/5/2020).
Selain itu, Riski juga melaporkan keluhan pengiling mengenai kebijakan penerimaan beras dengan standar tinggi. Menurutnya, banyak beras petani yang ditolak dan harus kembali untuk memperbaiki kulaitasnya. Kemudian, ia juga meminta, Bolog bisa mencarikan pasaran bagi patahan beras petani yang tidak laku ditingkat bulog.
“Pengilingan sampai saat ini belum terima beras. Dari 6 kali bawa beras ke dolog, 5 kali ditolak dan kembali, kemudian hanya 1 kali diterima. Mau nombok dari mana mereka. Tolong, kalau memang kualitas berasnya sesuai prosedur atau yang diminta sama dolog, berati kan patahannya banyak yang ditolak, tolong kami dibantu mencari pasaran patahan beras,” ujarya.
Menurtunya, jika petani memperoleh pasaran beras patahan, maka petani tidak akan mengalami kerugian. Kemudian, tidak akan berimbas pada sector lain, baik perdagangan maupun perbankan.
“Kalau patahannya ada pasarannya, kita bisa sesuaikan dengan kualitas yang diminta bulog. Kami hanya meminta kebijakan, karena kami setiap hari menghadapi keluh kesah dan kami tidak bisa menangani hal ini. Kalau petaninya tidak bisa dapat uang, nanti akan berimabas kepada bapak ibu yang dari perbankan, ujung-ujungnya masyarakat kami yang mengalami kesulitan,” pungkasnya. [WEND-NAL]