KPA Sebut Merauke Perlu Adanya Sanggar bagi Pengidap ODHA

0

Merauke, PSP – Hingga saat ini kasus positif HIV/Aids di kabupaten Merauke masih ditemukan, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Merauke mencatat di tahun 2023 hingga bulan Mei ini jumlah kasus HIV/Aids di Merauke mencapai 41 kasus dengan 7 diantaranya meninggal dunia.

Untuk itu perlu adanya perhatian terhadap pengidap HIV/Aids atau yang biasa disebut Orang dengan HIV/Aids (ODHA). Salah satu yang perlu ada yaitu rumah sanggar untuk menjadi tempat rehabilitasi atau pendampingan bagi ODHA. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris KPA Merauke, Damario Sriyono kepada media ini di kantornya, Kamis (13/7).

Dijelaskan bahwa seyogyanya tempat atau sanggar ODHA di kabupaten Merauke telah ada yaitu di Yasanto Merauke. Namun saat ini sanggar ODHA tersebut hanya dapat digunakan sebagai tempat tinggal saja, sedangkan dalam hal biaya hidup ODHA di tempat tersebut tidak tersedia.

“ Dulu di Yasanto ada sanggar, sekarang aktif cuman tidak mendapat dukungan dana dari Pemda. Ini  kita kesulitan, seperti yang lalu ada kasus ODHA yang memang kondisi keluarganya tidak ada, kondisinya juga parah. Memang Yasanto itu ada kalau untuk tempat tinggal, cuman kalau dukungan dananya tidak ada repot, biaya hidup, perawatan disana, siapa yang mau antar ini kan jadi repot,” katanya.

Pihaknya telah mencoba berkoordinasi dengan Dinas Sosial kabupaten Merauke apakah ada dana untuk itu atau tidak, ternyata dinas Sosial juga tidak ada Dana, mereka sarankan ke Dinas Sosial provinsi tapi tidak ada juga.

 “ Kalau KPA kan sebagai hanya lembaga koordinasi saja, kalau memang dari instansi terkait tidak disiapkan dana untuk itu, mau bagaimana. Kalau di Merauke sejauh ini obat masih gratis, tapi fasilitas dia hari-hari itu yang tidak ada,” jelasnya.

Untuk itu dirinya berharap adanya perhatian dari Pemerintah baik itu Pemerintah kabupaten maupun provinsi untuk memberikan perhatian terkait hal tersebut.

“ Sebenarnya Merauke ini masih butuh sanggar ODHA, karena tiap tahun ini masih ditemukan kasus ODHA. Memang diarahkan sebenarnya ODHA bisa mandiri semua lebih bagus, tapi faktanya di lapangan masih ada yang tidak punya keluarga, keluarganya ada yang belum bisa menerima, kalau misalnya ada sanggar kan lebih bagus,” pungkasnya.[JON-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *