27 Juli 2024

Penyerapan Beras Petani Langsung ke Bulog Terganjal Standardisasi

0

Gudang Bulog Kurik. Foto: PSP/WEND

Merauke, PSP – Kebijakan penyerapan beras dari petani yang langsung ke Bulog tanpa melalui mitra masih terganjal standardisasi. Pasalnya, banyak sekali petani yang berupaya langsung menjual beras ke Bulog, namun selalu ditolak dengan alasan beras tidak sesuai standar.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kampung Rawasari, Distrik Malind, Sugianto Nur Pribadi menuturkan jika ia sering mendapati petani yang ditolak oleh Bulog. Ia menuturkan, pada akhirnya petani tetap harus menjual beras melalui mitra dengan harga yang cenderung lebih rendah.

“Kita juga minta salurkan ke bulog tanpa melalui pengusaha atau mitra. Tapi realisasinya tidak bisa dan harus melalui mitra. Entah alasannya apa, tapi bosnya bilang bisa, biar kamu mau secara pribadi mau stor gabah 1 atau 2 ton bisa. Sebetulnya kan kita juga sudah kasih tau permahaman ke petani, yang penting ketika dijemur ditambah lagi satu hari pasti sudah masuk ke bulog,” ujar Sugianto, Senin (1/6/2020).

Sementara itu, kepala gudang Bulog Candra Jaya, Daud Ba’aka mengatakan bahwa pihak bulog hanya melaksanakan tugas sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ada.  Ia mengatakan, jika ada beras yang tidak diterima oleh Bulog, itu semata-mata karena memang tidak memenuhi standar. 

“Memang kita bulog ini sudah dikasih standar, yaitu persyaratan kualitas derajat sosok (DS) 95 persen dan butir patah atau broken maksimal 20 persen serta kadar air maksimal 14 persen. Ada orang bahasakan minimum itu salah, jadi maksimal bukan minimal, itulah standar maksimal yang harus dijalankan oleh Bulog. Jadi standar itu bukan bulog yang buat, bulog hanya melaksanakan. Jadi kalau dikatakan beras petani tidak masuk, ya karena tidak memenuhi standar, dan itu dianalisa dengan alat, tidak bisa dilihat langsung,” ujar Daud, Selasa (2/6/2020).

Daud menambahkan, jika memang seharunya mitra juga bisa berperan dalam memperbaiki kualitas beras. Menurutnya, Bulog dan Mitra sudah bekerjasama bertahun-tahun, dan ketentuan mengenai kualitas beras juga tidak pernah berubah. Sehingga, seharusnya terjadinya penolakan bisa diantrisipasi. 

“Kita kan sudah bekerja sama dengan mitra sejak lama, sudah berulang kali, dan sudah bertahun-tahun. Artinya mitra sudah mengetahui beras seperti apa yang bisa memenuhi standar.  Kadang ada yang sistemnya coba-coba, padahalkan kalau sudah tau bisa langsung diolah dulu,” pungkasnya. [WEND-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *