27 Juli 2024

Dewi Ulfah Aras, Wanita Anggun Berprofesi Petugas Rescuer SAR

0

Kegiatan Dewi Ulfa, saat berada dikantor.Foto: PSP/FHS

Merauke, PSP – Petugas  rescuer SAR, selalu diidentikkan dengan tugas kaum pria. Sebab,  tupoksi yang diemban memberikan pelayanan upaya pencarian dan pertolongan saat terjadi musibah, baik itu di darat maupun  di laut, yang penuh dengan tantangan. Kapan dan dimana pun itu, harus selalu siap, seperti halnya tugas aparat keamanan.  Bahkan, prosesnya bisa berhari-hari. Namun, Dewi Ulfah Aras, wanita kelahiran Merauke 29 Septermber 1986, mematahkan stigma itu dengan bergabung di Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke sejak tahun 2007,  hingga saat ini ia masih eksis dan mencintai tugasnya sebagai petugas rescuer.

Tugasnya bertambah setelah mengakhiri masa lajangnya di 5 Oktober 2013 lalu. Wanita berparas cantik ini, dipinang oleh seorang pria gagah, yang rupanya satu kantor dengannya. Sejak itu, dia memiliki kewajiban baru menjadi ibu rumah tangga dan mengurus sang suami. Apalagi saat ini, dia harus merawat anaknya yang baru berumur dua tahun. Bagi kalangan ibu-ibu, biasa disebut istilah  ‘masih rempong-remponya’ alias ekstra.

Dewi Ulfa, petugas rescuer Kantor SAR Merauke bersama buah hatinya.Foto: PSP/FHS

Selaku umat Muslim, tugasnya kembali bertambah, karena saat ini memasuki bulan suci Ramadhan. Bagaimana wanita berhijab itu untuk membagi waktu, dalam menyiapkan makanan buka puasa hingga makan sahur untuk keluarga, dengan tidak melupakan kewajiban sebagai orang kantoran. Ketika jamnya piket di kantor, ia  harus fokus tanggungjawab kantor. Begitu juga sebaliknya, setelah lepas dinas. Wanita yang biasa dipanggil Ulfa ini, sibuk bereskan urusan di rumah. Waktu yang ada mesti dimanfaatkan benar-benar, supaya semua urusan bisa lancar.

“Saya piket tiga hari sekali, kadang sip pagi, siang dan sip malam. Tapi kalau ada panggilan mendadak, harus siap juga ke kantor,” katanya, saat berbincang-bincang dengan media ini, kemarin.

Perannya sebagai IRT, terbantu dengan keberadaan orangtuanya. Dengan jam tidur yang tidak teratur untuk mengurus sang anak, terkadang, bisa membuatnnya, terlambat bangun. Padahal, persiapan sahur harus ada, agar ibadah puasa tetap jalan. “Untung ada ibu, yang paham dengan kondisi saya. Jadi, sahur pun tidak terlambat,” ceritanya.

Di tengah pendemi corona yang melanda dunia saat ini, juga sedikit menambah aktifitasnya, seperti yang sudah dianjurkan oleh pemerintah. Saat bertolak ke kantor wajib memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Setibanya di rumah, juga demikian. Sebelum menemui sang momongan, ia harus membersihkan diri terlebih dahulu.

“Kita kan tidak tahu, apa yang kita bawa dari luar. Jangan sampai membawa dampak kurang bagus buat keluarga. Semoga saja wabah ini cepat berlalu,” kata wanita berdarah asal Sulawesi Selatan ini.

Kembali berbicara, soal profesinya, dia memiliki pengalaman berkesan saat menjalankan tugas di bulan suci ramadhan. Dimana, waktu ada oprasi SAR di lapangan, harus diperhadapkan dengan  menahan lapar, haus, menahan emosi dan harus tetap fokus. Tidak jarang, ditambah juga dengan kendala-kendala lain, yang bisa mengundang amarah. Bila tidak mampu menahan diri, maka ibadah puasa yang sudah dimulai dari subuh, batal dan sia-sia.

“Alhamdudilah, itu semua bisa saya lewati. Karena disitulah diuji kesabaran kita. Dan memang, namanya tugas, itu sudah tanggungjawab,” ujarnya.

Mengenai jalan hidup yang dipilihnya sebagi petugas rescuer, mendapat dukungan penuh dari keluarga.  Dukungan juga datang dari rekan-rekan kerjanya dari kaum pria. Hal itu pula yang menguatkan dia bersama dua rekannya, setiap melakoni profesinya.

Dewi sendiri memiliki motto hidup, yakni  kerja keras, pantang menyerah, tidak ada kata tidak bisa, tidak bosan mencoba dan belajar. Untuk itu, ia mengajak generasi muda saat ini agar bisa mencontek mottonya, baik kaum hawa maupun adam. Hal ini untuk memikirkan masa depan, dengan mengawali hal-hal positif yang  bisa memotivasi diri sendiri dan berguna bagi orang lain. Lalu, tidak minder atas persaingan yang ada. Karena regenerasi akan terus berlangsung.

“Kita tidak tahu sampai dimana kemampuan yang kita miliki, kalau tidak dicoba. Mari kita menjauhi diri dari hal buruk, seperti mabuk, memakai narkotika, karena itu semua tidak ada manfaatnya,” pesannya.[F.Hutasoit]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *