Di tengah Pandemi Corona, Masih Ada Masjid yang Laksanakan Shalat Tarawih
MUI: Apa Artinya Semangat Ibadah, Tetapi Kemaslahatan Sosial Tidak Diperhatikan
Merauke, PSP-Di tengah pandemi Corona, masih ada beberapa masjid yang tidak mengindahkan imbauan pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI dan tetap melaksanakan shalat tarawih. Padahal pemerintah maupun MUI telah mengeluarkan imbauan guna mencegah penularan Virus Corona.
Merespon hal itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Merauke, Ir, H. Muhammad Jufri Thamrin meminta umat Islam agar jangan hanya membangun agama dengan semangat beribadah, tetapi kemaslahatan untuk kehidupan manusia dilalaikan.
Jufri mengajak agar umat Islam mentaati apa yang menjadi keputusan akhir pemerintah, karena itu yang lebih aman dan maslahat untuk semua serta tidak memunculkan perselisihan. Pasalnya, jika hanya mengikuti kemauan dan pendapat pribadi tanpa melihat pengaruh sosialnya, masalah yang dihadapi ini tidak akan segera terselesaikan.
“Cobalah kita hadapi dengan kepala dingin, apa yang menjadi keputusan MUI, ormas-ormas Islam dan pemerintah itu, bukan berdasarkan hawa nafsu. Mereka juga mengorbankan tenaga pikiran, bahkan kemampuan rohaninya yang selama ini dibangun untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dia korbankan itu demi kemaslahatan orang banyak. Kenapa kita tidak menghargai orang-orang yang sudah berusaha sedemikian rupa.”
“Kepada siapa lagi kita akan menyandarkan kehidupan ini dari segi pembangunan rohani kalau bukan kepada para ulama. Apakah kepada kita yang berlumuran dosa setiap saat dijadikan sandaran untuk bisa selamat. Bagaimana para ulama kita yang telah berijtihad dengan kesungguhan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, mengambil pendapat para ulama terdahualu.
“Kemudian, dari hasil ijtihad mereka tidak ada yang kurang dari sisi Allah, dan kalaupun kurang, tetap mendapatkan pahala. kalau yang mereka putuskan benar, akan mendapat 2 pahala. Kita yang kroco-kroco begini mengambil kesimpulan, seolah kita lah yang benar. Lalu apa yang kita andalkan dari pemahaman agama kita yang dangkal,” tegas Jufri kepada wartawan di rumahnya, Jumat (24/4).
Menurut Jufi, keputusan dari pemerintah bertujuan mengangkat dan menyelesaikan dari perselisihan yang ada. Ia meminta, agar sementara ini mengalah, agar semua bisa merasakan kemaslahatan. Jika tetap bertahan dan terus memaksakan, bisa-bisa muncul masalah sosial baru.
“Inilah orang yang semata-mata hanya membangun semangat agama dan semangat ibadah. Padahal Islam ini bukan hanya semangat ibadah yang mau kita bangun. Islam ini komperhensif dari segala bidang. Apa artinya membangun agama dengan semangat ibadah, tetapi masalah sosial lainnya tidak kita perhatikan. Sedangkan Islam sangat menjunjung persatuan, sementara kita umat Islam sendiri seolah-olah tidak demikian,” ucapnya.
Selain itu, Jufri mengajak agar umat Islam mengutamakan persatuan. Pasalnya, agama Islam dibangun dengan perdamaian. Maka tidak dibenarkan jika muncul perselisihan di kalangan umat.
“Kita hendaknya menjaga persatuan, Islam itu dibangun dengan satu perdamainan. Tidak dibenarkan kita membangun dari satu sisi, tetapi dari sisi lain kita berselisih. Agama tidak membenarkan yang seperti itu. Kalau orang bisa melihat ini, maka dia tidak menggunakan keegoan pribadi. Mungkin, sesekali kita perlu mendengarkan orang lain, yang boleh jadi itu yang malah bisa menjadi kemaslahatan bagi umat,” pungkasnya. [WEND-RH]