Si PADMA di Ujung Timur Nusantara
Petugas CRO AFT Pertamina di Bandara Mopah Merauke tampak tengah menggunakan sistem aplikasi PADMA melalui tablet yang tertempel di truk tangki untuk pengisian avtur ke pesawat.
Merauke, PSP – Pagi itu, Senin (20/10) pukul 06.00 WIT aku beranjak dari tempatku tinggal menuju Bandara Mopah Merauke, Provinsi Papua Selatan. Tujuanku hendak melihat pergerakan aktivitas di landasan terbang bandara yang kurang dari 2.500 meter panjangnya.
Jadwalnya, pada pukul 07.00 WIT pesawat Lion Air akan mendarat di bandara yang sudah berstatus internasional itu. Agar diketahui, aktivitas pesawat di bandara ini hanya berlangsung pagi hari untuk pesawat berbadan besar, dan kadang siang hari untuk pesawat berbadan kecil.
Hanya ada 2 maskapai besar yang melayani Merauke, Garuda Indonesia dan Lion Air. Pesawat kecil, Trigana Air, MAF dan Susi Air transportasi udara antar kabupaten di Papua Selatan.
Lion Air tiba tepat waktu. Aku memantau lewat pagar pembatas dekat ruangan VIP bandara, tepatnya di bawah pohon rindang. Tak jauh, paling cuma 50 meter antara pagar ke pesawat.
Sang pilot memberhentikan pesawat di stand parking. Setelah berhenti dengan posisi sempurna, tak lama kemudian pintu pesawat terbuka dan para penumpang mulai turun lewat garbarata. Kuhitung
setengah jam lamanya menurunkan seluruh penumpang.
Ada Hendra di sana. Petugas lapangan maskapai Lion Air yang akan memantau pengisian avtur ke pesawat. Aku kenal dengannya.
Mesin pesawat itu sudah padam. Sedari tadi, jauh disudut kiri bandara truk tangki avtur sudah standby. Truk yang ditumpangi CRO (Certified Refueler Operator) Aviation Feul Terminal (AFT) Pertamina Merauke terlihat melaju kearah pesawat dengan nyala lampu sirine namun tak berbunyi.
Begitu turun dari truk, dari kejauhan CRO itu tampak tengah memencet-mencet sesuatu dibagian truk tangki yang tertempel. Untuk selanjutnya menarik selang dan mengisi avtur ke pesawat itu.
Hendra dan CRO AFT berada disana buah dari permintaan Lion Air ke AFT Pertamina Bandara Mopah untuk pengisian avtur lewat aplikasi PADMA (Pertamina Aviation Fuel Delivery Management) milik Pertamina.
“Yang mereka (CRO,red) pencet itu tadi tablet untuk konfirmasi pengisian dari aplikasi PADMA dong (mereka,red) punya, karena pemesanan avtur sekarang harus lewat PADMA. Sebelum pesawat tadi mendarat, kami sudah request avtur lewat aplikasi itu,” ujar Hendra usai melaksanakan tugasnya saat ditemui di terminal tunggu bandara.
PADMA merupakan salah satu program strategis Direktorat Pemasaran Pusat dan Niaga PT. Pertamina untuk mengalihkan proses permintaan avtur oleh maskapai penerbangan ke Pertamina dari manual ke sistem digitalisasi.
PADMA berupa aplikasi refuelling management system (sistem manajemen pengisian bahan bakar) khusus pesawat udara yang dikembangkan secara mandiri oleh Pertamina.
Pertamina sudah mengarahkan maskapai penerbangan untuk melakukan permintaan kebutuhan avtur lewat aplikasi PADMA. AFT milik Pertamina di Bandara itu bertanggungjawab memenuhi kebutuhan avtur setiap kali ada permintaan dari pihak maskapai.
“Permintaan kami masukkan lewat aplikasi PADMA tergantung kebutuhan pesawat, karena kadang kan masih ada sisa di tangki. Biasa nya kalau untuk tujuan langsung Merauke ke Makassar kebutuhan 13 ton avtur, AFT yang monitor lewat PADMA, kemudian mereka langsung datang antar. Jadi tidak pakai telepon atau kami datang ke AFT lagi,” terang Hendra.
Hendra bilang, selama ia bertugas memantau pengisian avtur ke pesawat belum pernah truk tangki avtur datang terlambat. Pada kegiatan operasional sebelumnya, refuelling ini dilakukan secara manual, mulai dari penjadwalan, alokasi sumberdaya, refuelling avtur, penyelesaian tiket, transaksi data secara otomatis ke dalam sistem hingga invoicing kepada customer.
“Sejauh ini belum pernah telat, belum pernah juga penolakan karena kekosongan avtur, karena dalam aplikasi ketika kami request, langsung terkonfirmasi bahwa avtur tersedia dan siap diantar. Intinya, aplikasi PADMA sangat terbantu bagi kami maskapai dan petugas, tidak pakai pakai surat lagi, begitu mesin pesawat padam, truk avtur langsung menuju pesawat,” pungkas Hendra.
Hal senada diakui Manajer Trigana Air Merauke Putranto Setyo. Peralihan permintaan BBM avtur dari yang dulunya manual dan sekarang ke sistem digitalisasi PADMA semakin memudahkan mereka.
“Semakin memudahkan kami tentunya, dalam hal permintaan, administrasi, apalagi sekarang semua memang beranjak ke sistem digitalisasi,” singkat Setyo di Bandara Mopah, Selasa (21/10).
Sebelum tahun 2024 lalu, permintaan pengisian bahan bakar (refuelling) untuk pesawat di Bandara Mopah masih dilakukan secara manual. Hal ini dikonfirmasi Supervisor AFT Pertamina Bandara Mopah Dwi Prabowo.
“PADMA untuk di Merauke sudah diaplikasikan sejak tahun 2024,” ujar Prabowo, Rabu (22/10).
Prabowo menjelaskan, penerapan sistem digitalisasi berbasis aplikasi PADMA dalam refuelling adalah proses transisi bisnis Pertamina, sebab sekarang era digitalisasi, yang wujudnya dapat mengefisiensi proses operasional.
“Khususnya di Aviation. Jadi teman-teman di airlines dengan menggunakan gadget atau web mereka bisa untuk melakukan request feul. Di aplikasi PADMA sudah tertera parking stand, pesawatnya parkir di mana, tujuan mau kemana, dan juga kuota request berapa, sudah tertera di dalam aplikasi,” terang Prabowo. Kemudian, sambung dia, ketika request masuk ke sistem PADMA maka otomatis pengawas menerima request dan meneruskan ke CRO pengisian avtur ke pesawat.
“CRO nanti terima, lalu menggunakan mobil tangki menuju parking stand pesawat. Biasanya nunggu mesin pesawat mati dulu. Jadi di Dashboard juga termonitor pergerakan semua, request jam berapa, diterima oleh Pertamina jam berapa, operator sampai berada di area pesawat jam berapa, jadi semua ternotice. Sesampainya di area pesawat operator juga wajib mengklik in position dalam sistem PADMA baru lah melakukan pengisian,” tutur Prabowo.
Setelah CRO selesai melakukan pengisian, lanjut dia, kedua belah pihak baik CRO maupun petugas maskapai yang ditugaskan menandatangani serah terima.
“Operator kami kan membawa tablet sesuai spesifikasi yang memang bisa dioperasikan di area terbatas. Nah, kedua belah pihak menandatangani serah terima, nanti akan keluar lah bill harga,” jelas Prabowo.
Aplikasi PADMA, sedianya berbasis jaringan internet namun bisa digunakan ketika tidak terkoneksi internet, dan PADMA akan tetap menyimpan administrasi PDF kemudian dibaca server ketika terkoneksi internet. Hal ini untuk memastikan energi avtur tetap bisa tersalurkan kepada pelanggan.
“Sedianya request dari pihak airlines bebas, dan kami standby. Sebab prinsip kami itu no delay, artinya bukan karena pakai PADMA ini no delay, engga juga. Sebelumnya sewaktu masih menggunakan kertas warna manual kami tetap berupaya melayani dengan semestinya, hanya saja dengan sistem digitalisasi sekarang pengarsipan lebih enak. Jadi ga khawatir lagi kertas robek, basah ataupun terbawa angin,” jelas Prabowo.
Untuk diketahui, AFT Pertamina di Merauke saat inin melayani semua maskapai yang beroperasi baik Garuda Indonesia, Lion Air, Trigana Air, Susi Air, MAF, termasuk pesawat Hercules milik TNI AU.
Penerapan aplikasi PADMA berbasis digital dalam proses permintaan refuelling avtur dari pihak maskapai ke Pertamina menegaskan posisi Pertamina Patra Niaga sebagai penyedia energi yang inovatif dan andal di sektor avtur. Digitalisasi PADMA bukan saja di bagian barat Indonesia, tapi menyentuh hingga ujung Nusantara. Langkah ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mendukung keberlanjutan dan efisiensi operasional penerbangan di Indonesia.
Di Papua dan Maluku yang luas, pesawat menjadi moda transportasi pilihan untuk mobilitas masyarakat, serta pengirman logistik. Ketersediaan bahan bakar pesawat menjadi sangat krusial.
Saat ini Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Pertamina setidaknya melayani 12 bandara utama yang tersebar di Papua dan Maluku.
Pertamina Patra Niaga Papua Maluku mengatur rute suplai, mulai dari terminal utamanya di Ambon, lalu terbagi menjadi 2 rute distribus Avtur yakni jalur utara dan jalur selatan.
Jalur utara mencakup pengirima dari Ambon ke bandara Sorong – Biak – Jayapura dengan waktu distribusi 14 hari, serta pemenuhan Avtur di dari Ambon ke bandara di Ternate – Manokwari – Nabire – Serui dengan waktu distribusi 13 hari.
Sedangkan jalur selatan, pengiriman dari Ambon ke bandara Fak Fak – Saumlai – Merauke – Dobo – Tual dengan total waktu distribusi mencapai 15 hari. Rute terakhir pengiriman dari Ambon ke bandara Bula – Kaimana – Timika dengan waktu distribusi keseluruh bandara tersebut mencapai 12 hari. “Kami yang akan menjaga distribusi dan adanya bahan bakar setiap hari di bandara-bandara tersebut,” ujar Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Awan Raharjo. [ERS-NAL]
