Dana Hibah Miliaran Rupiah untuk PAUD, Tapi PAUD Batu Karang Belum Pernah Tersentuh Bantuan dari Pemda

Magdalena Endeboy, S.Th
“Yang sekolah di sini itu semuanya OAP, makanya saya bilang ini kantong OAP yang tinggal di pinggiran kali maro, belakang RSUD. Saya sendiri sedih, karena ini Kantong OAP tetapi tidak ada perhatian dari pemerintah daerah,” Magdalena Endeboy, S.Th
Merauke, PSP – Sudah hampir 15 tahun PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Baru Karang berdiri di Jalan Kalimantan. Sejak itu juga tak pernah Pemerintah Daerah memberikan bantuan, padahal semua anak-anak yang menjalani Pendidikan di PAUD itu adalah OAP (Orang Asli Papua).
Kondisi ini sangat miris, dimana ada oknum pegawai yang menyelewengkan dana hibah untuk PAUD di Papua Selatan, yang saat ini sedang menjalani proses hukum. Dana miliaran rupiah yang diperuntukan untuk bantuan ke PAUD di Papua Selatan tersebut digunakan untuk bisnis dan Judi Online oleh oknum pegawai bejat tersebut.
Magdalena Endeboy, S.Th, yang diberi kepercayaan untuk memimpin PAUD ini sejak 2014 mengatakan di sekolah tempat ia mengabdi sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah daerah. Pasalnya, bangunan sekolah yang dulunya Gereja ini sudah tidak layak dan tidak mampu lagi menampung anak-anak OAP yang ada. “Saya yang sudah mengabdi di sekolah ini dari tahun 2014 belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah daerah,” jelas Magdalena saat ditemui di PAUD Batu Karang, Rabu (12/03).
Selain bangunan yang sudah tidak layak, Magdalena menyampaikan kepada Papua Selatan Pos kalau taman bermain yang seharusnya menjadi tempat anak-anak belajar dan bermain, tidak layak lagi untuk digunakan dan terpaksa harus bermain di halaman sekolah. “Saya sendiri prihatin, sudah lama saya tidak kasih anak-anak main di taman bermain di samping (sambil menunjuk ke arah luar sekolah) karena saya takut, itu semuanya sudah karatan,” jelas Magdalena.

Magdalena bilang sekolahnya hanya mendapat Dana Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) yang memang diberikan langsung dari pusat. “Yang kami dapat itu Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dari pusat,” kata Magdalena.
Ia juga menerangkan, di sekolah yang ia pimpin, memiliki 50 siswa dan seratus persen siswanya adalah masyarakat asli Papua yang tinggal di belakang RSUD Merauke. “Yang sekolah di sini itu semuanya OAP, makanya saya bilang ini kantong OAP yang tinggal di pinggiran kali maro, belakang RSUD. Saya sendiri sedih, karena ini Kantong OAP tetapi tidak ada perhatian dari pemerintah daerah,” jelasnya.
Magdalena mengatakan sudah beberapa kali membuat proposal ke pemerintah daerah berharap agar sekolah yang ia pimpin diperhatikan, namun sampai saat ini belum ada titik terang dari proposal yang ia buat. “Beberapa kali sudah buat proposal ke pemerintah daerah namun tidak ada tanggapan,” katanya. Ia juga menyampaikan harapannya yang sangat besar untuk pemerintah daerah, agar sekolah yang ia pimpin diperhatikan. “Harapannya tidak terlalu muluk-muluk ya, tolong pemerintah daerah jangan abaikan anak-anak yang ada di sini,” pungkasnya. [CR1-NAL]