Perempuan dari 7 Wilayah Adat Berhimpun di MRP Provinsi Papua Selatan, Perjuangkan Pemberdayaan Lewat Pembentukan Lembaga Perempuan Asli Papua

Perempuan asli Papua berhimpun di MRP Provinsi Papua Selatan pembahasan memperjuangkan pemberdayaan.
Yohana Gebze : Kami akan menolong sesama kami
Merauke, PSP – Perempuan-perempuan asli Papua dari tujuh wilayah adat berkumpul di Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Selatan untuk mendeklarasikan terbentuknya Lembaga Perempuan Asli Papua.
Pembentukan lembaga ini bertujuan untuk memperjuangkan pemberdayaan perempuan asli Papua melalui wadah yang mengakomodir perempuan Papua dari berbagai organisasi kesukuan maupun komunitas berbasis etnis.
Wakil Ketua I MRP Provinsi Papua Selatan, Yohana Gebze, menegaskan lembaga ini hadir sebagai bagian dari pengimplementasian Undang-Undang Otonomi Khusus (Otsus) yang memberikan perhatian pada pemberdayaan perempuan.
“Hari ini kami mendeklarasikan terbentuknya lembaga perempuan yang akan mengakomodir semua perempuan Papua, baik dari organisasi kesukuan maupun komunitas etnis. Banyak perempuan hebat yang selama ini tidak teridentifikasi, dan lembaga ini menjadi rumah bagi mereka,” ujar Yohana Gebze usai pertemuan pada Kamis (14/3).
Pembentukan lembaga ini juga menjadi bagian dari tanggung jawab Pokja Perempuan Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Selatan yang dipimpin Paskalina Hahare sebagai ketua, yang sesuai dengan amanat undang-undang Otsus.
Yohana menambahkan bahwa Merauke sebagai ibu kota Provinsi Papua Selatan, akan menjadi rumah bagi seluruh masyarakat Papua dan juga Nusantara.
“Kami akan segera melegalitaskan organisasi ini. Formatur telah ada, dan dalam waktu tiga bulan mendatang, kongres akan diselenggarakan dan organisasi ini akan dilantik oleh kepala daerah sebagai bagian dari organisasi masyarakat,” tegas Yohana Gebze.
Agenda utama dan pertama nantinya para perempuan – perempuan ini adalah aksi nyata dengan mengajak perempuan-perempuan Papua untuk berkumpul dan berdoa bersama.
Menurut Yohana, doa menjadi agenda utama karena perempuan adalah sumber kehidupan. “Perempuan yang melahirkan kehidupan dan bangsa. Ketika perempuan bersatu, maka kami akan mengidentifikasi dan saling menolong satu sama lain,” tuturnya.
Ketua Badan Formatur Stin Yumame menambahkan mereka akan bekerja dan mendampingi para perempuan yang sudah terlibat dalam formatur, yang mewakili empat kabupaten dan tujuh wilayah adat. Persiapan untuk memenuhi semua kebutuhan lembaga ini sudah dimulai, dan para formatur akan bekerja untuk memastikan lembaga ini berjalan sesuai harapan. [ERS-NAL