Banjir Melanda Merauke, Aktivitas Perkebunan Sawit Jadi Sorotan
Merauke, PSP – Banjir yang melanda wilayah Bupul dan terakhir menyasar ke wilayah Salor-Kurik di kabupaten Merauke bukanlah sekadar kejadian alam biasa.
Anggota Badan Pengelolaan Perubahan Orang Asli dan Kebudayaan Papua (BP3OKP) Papua Selatan, Yoseph Yanuwo Yolmen, menyatakan bahwa banjir yang saat ini terjadi telah mengalami pergeseran dalam penyebabnya.
Yolmen menyebut bahwa kejadian banjir adalah bentuk peringatan dari alam menengok gencarnya aktivitas-aktivitas masyarakat.
“Dulu tahun 1985 pernah terjadi banjir, tapi banjir terjadi secara alami. Tapi berbeda dengan banjir yang saat ini terjadi dibeberapa titik di Merauke, artinya sudah ada aktivitas-aktivitas, seperti perkebunan kelapa sawit, dan berlangsung aktivitas penebangan liar di hutan,” ungkap Yolmen di Swiss-Bell Hotel, Sabtu (25/5).
Yolmen menegaskan bahwa banjir ini akan terus terjadi jika tidak ada antisipasi yang dilakukan secara baik.
“Karena resapan sudah tidak ada lagi, ini Warning dari alam. Kami dari BP3OKP melihat ini harus ada tindakan preventif terhadap perlindungan hutan kedepan,” lanjutnya.
Menyoroti aktivitas perusahaan, Yolmen menyatakan bahwa semua aktivitas tersebut seharusnya dievaluasi secara menyeluruh, dengan mempertimbangkan dampaknya dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
“Segala aktivitas itu boleh ada, tetapi bagaimana kajian amdal-nya, ini penting. Karena lewat kajian Amdal akan menghasilkan kajian ilmiah,” tegasnya.
Yolmen juga menekankan pentingnya kerjasama dengan investor untuk pembangunan daerah demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun hal ini tidak boleh dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan dan keberlanjutan hutan. Dengan demikian, penanganan banjir yang terjadi di Merauke haruslah melibatkan semua pihak terkait, termasuk pemerintah, masyarakat, dan investor, dengan memprioritaskan perlindungan lingkungan dan keberlanjutan dalam setiap kebijakan dan tindakan yang diambil. [ERS-NAL]