BMKG Keluarkan Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2024 di Wilayah Papua Selatan

Merauke, PSP – Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Papua Selatan baru saja merilis prediksi prakiraan Musim Kemarau tahun 2024 untuk wilayah Papua Selatan.
Kepala Stasiun Klimatologi Papua Selatan, Marsildus Keytimu mengatakan dalam menentukan prediksi musim Kemarau, BMKG menganalisis dinamika atmosfer yaitu melakukan monitoring.
Untuk prediksi anomalinya dari April sampai dengan September ini akan terjadi pengurangan secara gradual yaitu akan mulai beralih dari El Nino menjadi netral.
“ Kondisi yang ada sekarang masih ada di kondisi El Nino moderat dan nanti prediksi kami BMKG dia menurun secara bertahap, kalau dilihat itu dia menurun berangsur jadi lemah, netral dan nanti di Juli, Agustus dan September diprediksi La Nina intensitas lemah,” katanya dalam press realeasenya di kantor BMKG Papua Selatan, Rabu (27/3).
BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi El Nino secara bertahap akan beralih menjadi netral mulai di Mei, Juni dan Juli.
Untuk prediksi awal musim kemarau 2024, akan mulai terjadi di bulan Mei untuk 4 ZOM yaitu Papsel 10, 11, 12 dan 13. Wilayah tersebut meliput hampir di seluruh kabupaten Merauke.
“ Bulan Mei ini hampir seluruh kabupaten Merauke mengalami awal musim Kemarau lebih duluan dan sebagian kabupaten Mappi,” jelasnya.
Sifat musim kemarau tahun 2024 ini pihaknya prediksikan yang dibawah normal ada 3 ZOM, di wilayah kabupaten Merauke ini hampir sebagian sifat hujannya dibawah normal itu di ZOM Papsel 6, 10 dan 13.
“ Kemudian yang sama sifat hujannya dengan normalnya ini ada 3 ZOM yaitu di sebagian kabupaten Merauke, sebagian Asmat, Mimika, Deiyai dan Nduga. Kemudian yang diatas normal sifat hujannya yang kami prediksi ini ada di sebagian besar kabupaten Boven Digoel, Mappi, kemudian sebagian Asmat, Dogiyai, Deiyai, Nduga dan sebagian kabupaten Merauke terutama Kimaam, Okabaa dan Waan,” tuturnya.
Hal tersebut menjelaskan bahwa bagaimana kondisi curah hujan itu terhadap musimnya, ini yang perlu diwaspadai terutama yang dibawah normal seperti di Merauke potensi terjadi Hot Spot ini perlu diwaspadai.
Sedangkan untuk puncak musim kemarau di Papua Selatan ini di prediksi di bulan Juni ada 2 ZOM yaitu di Papsel 9 dan 12 itu di sebagian Merauke seperti Tabonji, Tanah Miring. Kemudian di bulan Juli bergeser ke sebagian kabupaten Merauke dan sebagian kabupaten Mappi.
“ Kemudian di bulan September di Naukenjerai, Semangga itu puncaknya dan yang terakhir di bulan November itu di kabupaten Mimika,” sambungnya.
Untuk itu, menghadapi musim Kemarau 2024 BMKG menghimbau pemerintah daerah, institusi terkait pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim Kemarau terutama di wilayah yang diprakirakan sifat musim kemarau dibawah normal, lebih kering dari biasanya.
“ Wilayah-wilayah tersebut rentan terhadap kekeringan metereologis seperti hot spot, yang kita khawatirkan kebakarannya di Merauke asapnya bisa lari sampai ke Timika, ini perlu diwaspadai kalau itu terjadi kebakaran hutan dan lahan dan juga kekurangan sumber air bersih,” tambahnya.
Lebih lanjut, Marsildus menegaskan musim kemarau bukan berarti tidak terjadi hujan sama sekali, oleh karena itu perlu diwaspadai peluang terjadinya cuaca ekstrim seperti hujan lebat, angin kencang yang dapat terjadi sewaktu-waktu terutama wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau diatas normal, lebih basah dari biasanya. “ Pemerintah Daerah dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan. Jadi ini kita sudah mau masuk ke awal musim kemarau ini berada di akhir-akhir musim hujan, ini kita harapkan dapat melakukan himbauan aksi kepada masyarakat menyimpan air untuk menghadapi musim kemarau 2024,” pungkasnya.[JON-NAL]