Jemput Jenazah Korban Kebakaran Kapal, Isak Tangis Sempat Berubah jadi Protes

0
Penjemputan jenazah masinis kapal korban musibah kapal yang terbakar di Asgon saat tiba di bandara mopah Merauke, kemarin

Penjemputan jenazah masinis kapal korban musibah kapal yang terbakar di Asgon saat tiba di bandara mopah Merauke, kemarin

Merauke, PSP –  Penjemputan jenazah Markus Tangke, Masinis kapal LCT milik Pertamina  yang tiba di Bandara Mopah Merauke menggunakan pesawat, Jumat (20/8), sekira pukul 10.15 WIT, diwarnai isak tangis oleh pihak keluarga. Jenazah almarhum ditemani langsung sang istri dan anaknya yang masih berumur 6 bulan.

Isak tangis dan rasa sedih itu juga sempat berganti menjadi tegang dan aksi protes. Pihak keluarga dan Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Merauke. Pasalnya, pihak perusahaan dinilai kurang peka dalam mengurus jenazah saat tiba di bandara. Jenazah yang sempat tertahan hampir satu jam lantaran mobil jenazah tak kunjung datang mengundang amarah dari pihak keluarga maupun IKT.  Bahkan, para penjemput nyaris memikul jenazah ke rumah duka, lantaran sudah kesal kepada perusahaan kapal.

Salah satu orangtua dari pihak keluarga meluapkan amarah dan kekesalannya di hadapan perwakilan perusahaan.  Semestinya, kata dia jenazah tidak perlu lama-lama di bandara dan harus di bawa ke rumah duka.

“Kami dari IKT, namanya mengurus kemalangan begini cukup cepat, itu pihak perusahaan harus tahu. Kemarin saya yang koordinasi ke pihak perusahan, katanya sudah diurus semua, tapi apa. Ini sudah hampir satu jam mobil jenazah belum juga datang, kan kasian pihak keluarga,” kata pria itu.

Sebelum jenazah tiba, seharusnya kata dia, mobil jenazah sudah harus stanby di bandara. Sehingga, begitu jenazah tiba bisa langsung dibawa ke rumah duka dan tidak perlu menunggu lama.

“Kalau memang perusahaan tidak mau urus, kami sebenarnya bisa. Tapi kan perusahaan sudah bilang mengurus semuanya,” ucapnya dengan sedikit nada meninggi.

Wakil ketua I Ikatan Kelurga Toraja (IKT) Merauke, Marthen Ganna membenarkan luapan kekesalan warganya itu. Alasannya, lantaran pihak perusahaan dinilai lambat untuk bertindak.

“Sebenarnya kami bukan tidak mampu urus, hanya kan pihak perusahaan menyanggupi untuk mengurusnya semua. Makanya tadi, warga mau bawa pikul saja peti jenazah, karena sudah terlalu lama tunggu mobil jenazah. Kan kasian, masa jenazah mau diterlantarkan lama-lama begini,” kata Marthen di terminal cargo bandara.

Tak lama setelah perdebatan itu, mobil jenazah dari RSUD Merauke dan membawa jenazah ke kamar mayat untuk diperiksa. Pihak keluarga pun baru lega dan ikut mengiring jenazah.

Menurut Marthen, jenazaah akan diperiksa dulu ke Ruang Jenazah RSUD Merauke. Karena, direncanakan jenazah akan dibawa ke kampung halaman di Toraja, hari ini. Marthen menambahkan sesuai dengan informasi yang diperoleh pihaknya Markus meninggal dunia karena mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya saat kapal yang ditumpanginya meledak dan terbakar di pelabuhan kayu Distrik Assue, Kabupaten Mappi, Kamis (18/8) sekira pukul 01.45 WIT.[FHS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *