Ust Sugondo Prihatin Dengan Kasus Tindakan Asusila di Ponpes

0
Sugeng Slamet Sugondo

Sugeng Slamet Sugondo

Merauke, PSP – Kasus pelecehan seksual terhadap santriwati di salah satu pesantren mendapat kecaman keras dari  Pengasuh Pondok Pesantren An-Najah Yamra Merauke, Ustad Sugeng Slamet Sugondo. Dia menekankan di dalam Agama Islam sama sekali tidak mengajarkan perilaku jahanam semacam itu.

Bahkan dalam Agama Islam sangat melarang dengan keras. Pelaku pelecehan seksual terancam hukuman Rajam (dikubur setengah badan, lalu dilempari dengan batu hingga mati).

“Tentu tidak diajarkan dan melarang keras. Bahkan kepada orang-orang semacam itu, dalam hukum Islam, hukumnya sangat keras, bahkan sampai dirajam, dicambuk bagi orang yang belum menikah. Maka kalau dihukum secara Islam, saya setuju juga,” tegasnya di Kampus STIT Yamra, Rabu (15/12).

Sugondo merasa sangat prihatin atas kasus tersebut. Pasalnya, kasus tersebut telah menyeret dan mencoreng nama lembaga pendidikan.

“Ketika diberitakan, yang kena tidak hanya lembaganya saja. Seluruhnya terkena. Beda kalau sekolah biasa, atau sekolah umum, yang kena ya sekolahnya saja. Tetapi kalau pesantren, semua kena, bahkan Islamnya juga kena,” tambahnya.

Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah, agar bisa menyelesaikan persoalan ini dengan sebaik-baiknya dan dengan hukuman yang setimpal. Bahkan, ia meminta pelaku bisa dijatuhi hukuman seberat-beratnya agar tidak terjadi lagi.

“Kepada Kementerian Agama, selaku kementerian yang memberikan izin terhadap pesantren ini, agar mengetatkan perizinan, kemudian mengawasinya. Agar kedepan tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,” pintanya.

Sogondo menyebutkan, kasus kekerasan seksual bisa terjadi akibat kurangnya disiplin dan lemahnya sistem dari pesantren. Kalau pesantren memiliki sistem yang baik, organisasi yang baik, semuanya akan terpantau sehingga semua orang bisa melihat.

“Masyarakat juga harus mengawasi itu. Kalau bisa pondok bukan  milik keluarga, tapi milik masyarakat. Akhirnya masyarakat juga merasa memilikinya, meresa perlu mengawasi,” paparnya.

Selain itu, Ia berpesan kepada orang tua yang hendak memasukan anaknya ke dalam pesantren setidaknya memahami tentang bagaimana kondisi pesantren, sistem pengajaran yang digunakan bahkan mengenali siapa pengajarnya. “Yang terjadi kan komunikasi tidak jalan, dan pihak pesantren menutup diri, ini jadi masalah. Maka wali murid ketika inggin memondokan anak, harus memiliki informasi yang penuh tentang pesantren, siapa pengajarnya dan sebagainya,” pungkasnya. [WEND-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *