Pandangan Akademisi Prematur dan Tanpa Data

0
Frans Ciwe

Fransiskus Ciwe

DPP Pemuda Marind : Pandangan Soal Kandidat Kuat Pilkada Merauke Prematur

Merauke, PSP – Terlalu dini, akademisi telah membuat pandangan dan prediksi terkait kandidat kuat Pilkada Merauke. Prediksi dan pandangan akademisi yang merupakan dosen di Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Univertsitas Negeri Musamus (UNMUS) Merauke terkait tiga kandidat kuat yang akan bersaing pemilihan kepala daerah (pilkada) kabupaten Merauke yang dimuat Papua barat Pos edisi ,Rabu (5/8/2020) mendapatkan kritikan keras dari Ketua DPP Pemuda Marind, Fransiskus Ciwe.

Pandangan pihak akademisi dari Fisip Unmus Merauke terkait prediksi kandidat yang bakal kuat menuju Pilkada 2020 Merauke terlalu subjektif. Ciwe dengan tegas meminta, pihak akademisi seyogyanya melakukan tugas sebagaiamana mestinya yakni menjunjung tinggi tri darma perguruan tinggi yakni melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. “Bagi kami, prediksi dan pandangan akademisi ini, penggiringan opini, bahwa yang bertarung besok hanya pasangan Hebat, Hermes dan Romarin, padahal proses masih sedang berlangsung,” tegas Ciwe di Kantor Redaksi Harian Pagi Papua Selatan Pos, kemarin.

Ketua Pemuda Marind menganggap pandangan akademisi terkait kandidat Pilkada terkesan seakan – akan masyarakat Merauke itu, tidak menginginkan atau tidak menghendaki lagi bahwa yang pimpin Merauke orang Marind. “Partai saja belum final, saya fikir harus melakukan survei. Pendapat ini saya lihat terlalu subjektif dan prematur. Bagaimana mau bilang kuat sementara proses sedang berjalan,” kata Ciwe mengaris bawahi.

Padahal, kata Ciwe, kandidat-kandidat lain masih berjuang di Jakarta, seperti Fredderikus Gebze, Yosep Gebze, Kristian Palkai Ndiken, dan Dominikus Buliba Gebze. “Semua masih di Jakarta, akan berakhir ditanggal 6 September 2020. Saya fikir tidak tepat, politik kan dinamis,” tuturnya.

Menurut Ciwe, semua elemen masyarakat sedianya mengikuti perkembangan dengan seksama “Jadi kita semua termasuk akademisi dan masyarakat tetap mengikuti perkembangan dengan seksama. Tugas kita adalah bagaimana tetap menjaga kondusifitas di daerah ini. Baik politisi, tokoh, atau siapa pun juga untuk tidak membuat pernyataan – pernyataan yang dapat memicu tindakan – tindakan yang akan membingungkan kita sendiri maupun kandidat yang akan berkontestasi,” tegasnya.

Sewaktu – waktu semua bisa berubah, lanjut Ciwe, kandidat yang dinyatakan hari ini kuat belum tentu esok hari dia kuat, sebab akan terus berfluktuasi.

“Jadi saran saya, pihak akademisi analisanya harus lebih mendalam, dan tidak perlu melebar kemana – mana terutama yang bersifat sensitif. Bicara pendatang maupun pribumi atau memflashback pemimpin terdahulu kebelakang saya fikir tidak perlu mengatakan program yang spektakuler untuk masyarakat, tetapi harus dengan menyebutkan indikator – indikator dan harus objektif,” pungkas Ciwe.

Untuk diketahui, dalam pemberitaan sebelumnya beberapa akedemisi dimintai pandangannya mengenai kandidat yang kuat dalam pilbup merauke 2020 oleh wartawan media ini, beberapa waktu lalu di ruang kerja dekan.

Dalam pemberitaan itu, salah satu akademisi mengatakan meski belum ada penetapan dari KPU, katanya, 3 figur diyakini kuat akan bertanding.

“Ada 3 orang figur yang boleh dikatakan, walaupun belum ada penetapan dari KPU , tapi kalau kita lihat dari kapasistas pasangan Hebat, Hermes, dan Romarin mereka sudah masuk. Ini kuat, artinya mereka ini nanti yang bertanding. Satu alasan kuat, mereka sudah memperoleh partai jadi saya lebih mengerucut ke mereka tiga,” katanya. [ERS-NAL]

Tim Fredy-Herlina: Pandangan Tanpa Data

Tim Pemenangan Bupati Petahana Ali Kabiay Wanggai dan Dev Titaley.Foto: PSP/ERS

Merauke, PSP – Pandangan Akademisi soal tiga kandidat kuat menuju Pilkada Merauke dinilai oleh Tim pemenangan Frederikus Gebze dan Herlina untuk Pilkada Merauke 2020 muncul tanpa data. Maka itu tim pemenenangan Freddy-Herlina meminta pihak akademisi yang memprediksi dan menyebutkan 3 kandidat kuat menuju pemilihan kepala daerah di Merauke menyajikan data.  Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Tim Pemenangan Freddy-Herlina, Ali Kabiay Wanggai dari Jakarta kepada media ini melalui sambungan telefon kemarin sore.

Menurut dia, seharusnya sebagai akademisi tidak memberikan pernyataan yang mengarahkan dukungan “Seharusnya jangan dulu membuat opini yang tujuannya mungkin sedikit agak mendukung pasangan – pasangan calon yang lain. Karena ini terkesan dibaca oleh publik hanya ketiga calon yang disampaikan oleh akademisi yang akan bersaing di Pilkada. Padahal kan masih ada calon – calon lain, seharusnya sebagai akademisi harus memiliki data, dan disajikan,” jelas Ali.

Dia mengajak, pihak akademisi seyogyanya memberikan data sebagi bentuk edukasi politik. “Saya ajak akademisi menunjukkan data, indikator apa yang membuat sehingga menyebutkan ketiga nama tersebut,” tegas Ali.

Seharusnya akademisi bisa memberikan pandangan politik yang baik, artinya, tidak boleh menyebutkan nama calon dulu, tapi sebaiknya mengingatkan masyarakat memilih dengan hati nurani mungkin.

Bagi Ali, pendapat tersebut terlalu dini untuk disampaikan tanpa mempunyai data yang jelas. “Mari kita memberikan edukasi politik yang bisa diterima oleh seluruh khalayak. Kalau misalnya pak Freddy naik, ketiga nama yang disebutkan tidak naik misalnya, ini kan akan menjadi bahan tertawaan. Karena semua masih memasuki tahap perjuangan para calon,” terang Ali.

Dev Titaley yang juga bagian tim mengatakan, bahwa untuk saat ini bupati petahana sudah mengantongi rekomendasi dari Partai Hanura. “Kenapa bupati petahana tidak disebut, seperti yang diketahui pak Freddy sendiri sudah mendapatkan Hanura dan sementara menunggu penjejakan oleh PKS, otomatis dengan kuota 6 kursi sudah bisa masuk di KPU. Kalau seandainya petahana lolos, berarti pertaruhan adalah nama kampus, karena petahana tidak disebutkan disitu,” kata Dev.

Dia katakan, sementara ini semua kandidat tengah berjuang. “Semua lagi berjuang, dan kita tidak bisa memprediksi karena finalnya di KPU. Kami dari tim pemenangan kan sementara berjuang, politik kan dinamis, sebelum tanggal, kita belum bisa memastikan siapa yang bisa maju dalam bursa kandidat calon kepala daerah di Merauke,” pungkas Dev.

Untuk diketahui, dalam pemberitaan sebelumnya beberapa akedemisi dimintai pandangannya mengenai kandidat yang kuat dalam pilbup merauke 2020 oleh wartawan media ini, beberapa waktu lalu di ruang kerja dekan.

Dalam pemberitaan itu, salah satu akademisi mengatakan meski belum ada penetapan dari KPU, katanya, 3 figur diyakini kuat akan bertanding. “Ada 3 orang figur yang boleh dikatakan, walaupun belum ada penetapan dari KPU , tapi kalau kita lihat dari kapasistas pasangan Hebat, Hermes, dan Romarin mereka sudah masuk. Ini kuat, artinya mereka ini nanti yang bertanding. Satu alasan kuat, mereka sudah memperoleh partai jadi saya lebih mengerucut ke mereka tiga,” katanya. [ERS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *