KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL – “SAHABAT DEKAT” LITERASI KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN YANG BAIK

Oleh :
Yosua Rinaldy, Kepala Bagian Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Papua
Salama Simbong Malewa, Pengawas Pertama Kantor OJK Papua
Pada bulan Mei 2025 lalu, OJK bersama BPS telah mengumumkan hasil Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Nasional tahun 2025. Suatu kabar yang menggembirakan karena berdasarkan SNLIK 2025 dimaksud, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dimana pada tahun 2024 tercatat 65,43% meningkat menjadi 66,46% pada tahun 2025.
Peningkatan literasi keuangan dimaksud dan angka yang menunjukan bahwa lebih dari separuh masyarakat Indonesia telah memiliki literasi keuangan yang baik tentu menghadirkan optimisme tentang bagaimana masyarakat Indonesia kedepan mengoptimalkan produk-produk jasa keuangan dalam rangka mendukung kesejahteraan hidup. Namun demikian, fenomena-fenomena adanya orang yang terjerat pinjaman online ilegal, investasi bodong, dan judi online masih tetap ada sampai saat ini. Begitupun juga fenomena-fenomena pengelolaan keuangan yang tidak bijak yang berkaitan dengan isu Fear Of Missing Out (FOMO), kerugian investasi karena lemahnya manajemen risiko, dan ketidaksanggupan menyelesaikan pinjaman karena banyaknya dana pinjaman yang hanya digunakan untuk konsumsi berlebihan dan kelemahan mengangsur sejak awal.
Berbicara tentang fenomena pengelolaan keuangan, menarik bahwa banyak penelitian terkini yang menunjukan bahwa literasi keuangan bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi perilaku pengelolaan keuangan individu. Salah satunya penelitian Nadia Asandimitra dan Achmad Kautsar pada tahun 2019 yang mengambil sampel 200 dosen universitas di Indonesia menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku manajemen keuangan. Begitu pun juga penelitian Dewi Rahmayanti pada tahun 2022 yang mengambil sampel 300 orang di Bengkulu menyatakan bahwa internal locus of control dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap perilaku manajemen keuangan. Penelitian-penelitian tersebut merupakan dasar yang kuat dalam kehidupan sosial kita semua, bahwa pengelolaan keuangan kita bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat literasi keuangan namun juga kecerdasan emosional dan spiritual.
Kecerdasan Emosional
Siapa yang tidak kenal Sir Isaac Newton? Sir Isaac Newton merupakan fisikawan ternama yang terkenal dengan banyak penemuannya yang salah satunya yaitu teori gravitasi yang dikaitkan dengan kisah apel jatuh dari pohon. Siapapun yang menempuh sekolah tingkat SMP dan SMA pasti pernah mendengar namanya yang selalu menjadi bagian kurikulum mata pelajaran IPA. Namun siapa yang menyangka bahwa seorang Isaac Newton yang tentunya sangat jago dalam hitung-hitungan pernah “buntung” juga saat berinvestasi.
Sekitar tahun 1720-an, Sir Isaac Newton pernah terseret dalam antusiasme pasar liar dengan membeli saham perusahaan South Sea Company. Kala itu, nilai saham South Sea Company sempat meningkat sangat drastis. Kondisi tersebut mengakibatkan Sir Isaac Newton merasa takut “ketinggalan” dalam berinvestasi pada South Sea Company dan akhirnya menempatkan dana tanpa analisis fundamental yang memadai atas kondisi dan prospek perusahaan. Sir Isaac Newton pada akhirnya kehilangan 20.000 poundsterling sebagai dampak dari jebloknya saham South Sea Company pasca munculnya isu atas besarnya hutang dan dugaan penipuan serta korupsi pada South Sea Company.
Jason Zweig dari Wall Street Journal memberikan satu kutipan untuk Newton, “Dia bisa menghitung setiap gerakan benda-benda langit, tapi bukan kegilaan orang-orang di pasar saham.” Pengalaman Sir Isaac Newton menjadi sebuah kisah peringatan yang menggambarkan bagaimana orang yang sangat cerdas pun bisa terbawa nafsu dan emosi keserakahan dalam pengelolaan keuangan. Kisah Sir Isaac Newton merupakan cerminan betapa pentingnya literasi keuangan berdampingan juga dengan kecerdasan emosional.
Daniel Goleman sebagai ahli di bidang kecerdasan emosional menyatakan bahwa kecerdasan emosional mencakup lima aspek utama, yaitu kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Terkait pengelolaan keuangan, ini berarti kemampuan pengelolaan emosi diri mencakup lima aspek dimaksud pada pengelolaan keuangan. Ini mencerminkan penguasaan yang baik atas lima aspek dimaksud dapat mendukung pondasi pengelolaan keuangan.
Pertama, kesadaran diri. Dalam menerapkannya, maka seseorang wajib menyadari apa saja hal-hal yang cenderung mudah mempengaruhi sisi emosionalnya dalam pengelolaan keuangan. Misalnya, jika seseorang sadar mudah tergoda untuk konsumtif berlebihan ketika melihat barang-barang yang dijual online, maka seseorang tersebut perlu melakukan langkah-langkah untuk menghindari atau membatasi penggunaan e-commerce.
Kedua, pengendalian diri. Dalam menerapkannya, maka seseorang perlu untuk mengendalikan diri agar dapat menerapkan disiplin pengelolaan keuangan. Misalnya dengan menahan sikap konsumtif berlebihan agar dapat menyisihkan pendapatan untuk menambah tabungan dan/atau investasi. Contoh lainnya yaitu disiplin setiap bulannya mempedomani perencanaan/penganggaran keuangan yang telah disusun berkaitan pembagian alokasi pendapatan bulanan seperti alokasi 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi.
Ketiga, motivasi. Dalam menerapkannya, maka seseorang perlu untuk memotivasi diri terkait tujuan pengelolaan keuangan. Misalnya dengan konsisten mengelola keuangan yang baik dengan harapan yang jelas yaitu hidup sejahtera bersama keluarga. Contoh lainnya seperti cita-cita untuk dapat sejahtera secara finansial dengan harapan dapat mendukung peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan sosial orang-orang yang berkesusahan atau berkekurangan selama ini.
Keempat, empati. Dalam menerapkannya, maka seseorang perlu untuk memahami bahwa dia tidak hidup sendiri dan pengelolaan keuangan yang baik juga dapat bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Misalnya, dalam mengelola keuangan kita telah mempertimbangkan bukan hanya keinginan pribadi kita namun juga kebutuhan keluarga kita, serta menjadi sosok yang mendukung keluarga untuk bersama-sama bijaksana dalam mengelola keuangan.
Kelima, keterampilan sosial. Dalam menerapkannya, maka seseorang perlu untuk menjalin hubungan, berkomunikasi, dan bahkan bekerjasama dengan baik bersama orang lain dalam pengelolaan keuangan. Misalnya, dalam mengelola keuangan kita membangun komunikasi yang baik dengan orang lain dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan. Hal ini mengingat peningkatan kualitas pengelolaan keuangan bukan hanya didapat melalui pembelajaran mandiri namun terkadang melalui sharing bersama orang lain baik orang sekitar, para pelaku usaha jasa keuangan, maupun orang-orang yang memiliki banyak pengalaman atau ahli di bidang keuangan.
Kelima aspek kecerdasan emosional dimaksud tentunya sangat berkaitan satu sama lain serta sangat relevan dalam mendukung penerapan pengelolaan keuangan.
Kecerdasan Spiritual
Di sisi lain, kecerdasan spiritual sangat mendukung pengelolaan keuangan melalui fungsinya sebagai kompas moral manusia. Kecerdasan spiritual hadir memberikan kita nilai, makna, dan tujuan hidup yang lebih tinggi dalam pengelolaan keuangan. Seseorang dengan kecerdasan spiritual yang tinggi tentunya akan memandang bahwa tujuan akhir dari pengelolaan keuangan bukan hanya berbicara tentang dirinya dan keluarganya namun berbicara juga tentang kepedulian terhadap sesama dan bentuk pelayanan kepada TUHAN. Kisah berikut ini bisa menjadi contoh dan teladan kita atas penerapan kecerdasan spiritual dalam pengelolaan keuangan.
Bagi pencinta sepakbola, tentu tidak asing dengan nama Sadio Mane. Bagaimana tidak, dia terkenal dengan berbagai prestasi di lapangan hijau khususnya ketika bermain di Liverpool dengan mempersembahkan satu trofi Liga Premier, satu trofi Liga Champions, satu trofi juara Piala Super Eropa, satu trofi Piala Dunia Antar-Klub, satu trofi FA Cup dan satu trofi EFL Cup. Bersama tim nasional negaranya Senegal, Sadio Mane juga sukses mempersembahkan juara Piala Afrika pada tahun 2021 lalu dan gelar runner up pada 2019.
Di balik pencapaian luar biasa Sadio Mane sebagai pesepakbola, Sadio Mane juga terkenal sebagai muslim yang taat dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sadio Mane tidak melupakan dari mana dia berasal. Dirinya senantiasa taat beribadah di Masjid dan banyak menunjukan kepedulian sosial ke kampung halamannya yang sebelumnya sering berkekurangan yaitu Bambali, Senegal. Kisah kepedulian sosialnya yang populer yaitu mengeluarkan dana sekitar US$350.000 atau setara Rp5 miliar untuk membangun sekolah, menyumbangkan US$693.000 atau Rp9,9 miliar pada 2021 untuk pembangunan rumah sakit, membangun masjid, memberikan laptop masing-masing seharga 400 dolar kepada siswa berprestasi terbaik di SMA, dan menyediakan jaringan 4G di kampung halamannya Bambali, Senegal.
Karir Sadio Mane sampai saat ini terus berlanjut dan seluruh pencapaiannya yang luar bisa tetap tidak mengubah kepribadiannya yang cenderung tampil sederhana. Keberhasilan Sadio Mane dalam mengelola keuangan bukan hanya mampu mensejahterakan dirinya namun juga mensejahterakan warga di Bambali, Senegal.
Namun kisah Sadio Mane yang tetap sederhana, taat agama, dan fokus menggunakan berkat harta yang dimiliki untuk mensejahterakan warga kampung halamannya dapat menjadi teladan bahwa kecerdasan spiritual berperan penting dalam pengelolaan keuangan. Mungkin pencapaian keuangan kita nantinya belum tentu bisa menyamai atau melampaui Sadio Mane, namun kemampuan pengelolaan keuangan yang baik tentu dapat membantu kita untuk turut berkontribusi mendukung kesejahteraan sosial bersama.
Menuju Pengelolaan Keuangan yang Seimbang dan Bermakna
Pada akhirnya, pengelolaan keuangan yang baik bukan hanya berbicara tentang pengetahuan dan kemampuan yang tergambar dalam literasi keuangan. Pengelolaan keuangan membutuhkan juga kemauan yang baik dalam pengelolaan keuangan yang tergambar dalam kecerdasan emosional dan spiritual.
Literasi keuangan yang baik dengan dukungan kecerdasan emosional yang matang dan kecerdasan spiritual yang kuat tentunya dapat mendukung pengelolaan keuangan masyakarat Indonesia yang baik. Dengan pengelolaan keuangan masyarakat Indonesia yang baik, maka kita sebagai bangsa dapat melangkah lebih maju dalam mewujudkan kehidupan finansial yang seimbang, berkelanjutan, dan bermakna.