Pendampingan ODHA di Yasanto Tak Surut Meski Tanpa Bantuan Pemda
Merauke, PSP – Sejak 2019, kegiatan pencegahan HIV/AIDS yang sebelumnya aktif dilakukan ke berbagai lapisan masyarakat terpaksa dihentikan. Ini terjadi karena dukungan dari pemerintah daerah (Pemda) terputus, bertepatan dengan pandemi COVID-19 dan persiapan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) waktu itu.
“Dulu kan kita pencegahan juga ke kampung-kampung, penyuluhan di mana-mana, penjangkauan di kelompok-kelompok risiko tinggi seperti ke tempat hiburan malam, lokalisasi, bahkan juga anak sekolah dan masyarakat umum, tapi semenjak tidak ada bantuan dari Pemda kegiatan itu berhenti,” kata Beatra Rahawarin, dari Departemen Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat Yasanto Merauke, di sela-sela kesibukannya, Senin (19/05).
Walau begitu, pendampingan terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih terus berjalan sampai sekarang. Fokus mereka lebih kepada perawatan dan pendampingan, terutama untuk pasien yang dirujuk dari rumah sakit.
“Kalau ada pasien HIV yang dirawat lebih dari lima hari, dokter biasanya menghubungi kami. Mereka cari tempat untuk perawatan paliatif,” jelasnya.
Sebenarnya, sanggar dan klinik yang dimiliki lembaga ini sudah ada sejak lama dan menjadi bagian penting dari layanan pendampingan. Tapi, kata Beatra, keterbatasan anggaran membuat operasionalnya tidak optimal. Mantri yang sebelumnya membantu pelayanan di klinik Yasanto ini juga tidak bisa lagi standby karena tidak ada dana untuk pembiayaan tenaga medis.
“Sekarang ada tiga orang yang tinggal di sanggar. Kami tetap sediakan tempat, tapi untuk kebutuhan seperti pampers dan kebutuhan harian lainnya, kami bantu komunikasikan ke pihak keluarga,” ungkapnya. Ia juga menyampaikan kekhawatirannya kalau kegiatan penyuluhan dan pencegahan tidak lagi berjalan. “Manusia itu tempatnya lupa dan khilaf. Kalau terlalu lama tidak ada edukasi, bisa jadi kasus meningkat lagi. Sekarang kan kasusnya naik lagi itu,” tutupnya. [CR1-NAL]