Kurangnya Kesadaran Pendidikan Pemicu Mahasiswa Berhenti Kuliah

0
Yosi Valentina Simorangkir, S.T., M.T

Yosi Valentina Simorangkir, S.T., M.T

Merauke, PSP – Kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadi salah satu penyebab banyaknya mahasiswa di Universitas Musamus Merauke yang berhenti di tengah jalan. Kurangnya kesadaran mahasiswa ini boleh dilihat dari tingginya angka putus sekolah.

Sekjur Arsitektur Yosi Valentina Simorangkir, S.T., M.T, menjelaskan kalau 50 persen dari jumlah mahasiswa yang mengambil jurusan ini berhenti di tengah jalan. “Jadi, kalau di prodi kami, umumnya yang putus sekolah di tengah jalan dan tidak sampai wisuda, antara yang masuk dan keluar itu kurang lebih jumlahnya sama,” ungkap Yosi saat ditemui disela-sela kesibukannya, Jumat (14/03).

Yosi juga menjelaskan kalau sebagian mahasiswa di jurusannya kurang memahami tentang jurusan Arsitektur. Bagaimana tidak, masih banyak mahasiswa yang belum mampu mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan menyebabkan malas untuk sekolah. “Khususnya yang tidak sampai wisuda itu kebanyakan yang OAP. Ini penyebabnya karena tidak mampu bersaing. Kebanyakan tidak mengerti apa itu program studi arsitektur dan bingung dengan mata kuliah ini, misalnya tidak mampu mengerjakan tugas yang akhirnya tidak mampu mengejar ketertinggalannya. Lama-lama mereka keluar sendiri,” ujar Yosi.

Yosi juga sangat menyayangkan mahasiswanya yang berhenti di tengah jalan, terlebih yang mendapat bantuan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah), karena bantuan KIP ini akan hangus dan tidak bisa diganti ke mahasiswa lain bila penerima KIP berhenti. Yosi dan dosen pengampu yang ada juga sudah melakukan banyak cara untuk mempertahankan mahasiswanya, namun berujung pada hasil yang kurang memuaskan.

 “Dan untuk mahasiswa OAP yang mendapatkan KIP, sangat disayangkan sekali karena KIP-nya akan hangus. Dari jurusan sudah melakukan berbagai cara, termasuk sudah melakukan pendekatan, bahkan standar penilaian pun kami turunkan, namun hasilnya sama saja,” katanya. Yosi berharap agar mahasiswanya lebih giat lagi dalam mendalami jurusan yang diambil. “Arsitek itu kita tidak bisa samakan dengan mata kuliah lain. Misalnya, ilmu sosial, kalau kita di teknik ini, seperti menggambar, itu memang harus memiliki skill,” pungkas Yosi. [CR1-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *