Serda Bardin, Sosok ‘Pahlawan’ bagi Nelayan Kecil, Sisik dan Kulit Ikan Disulap Jadi Rupiah
Merauke, PSP – Nama Bardin, kini menggema di kalangan nelayan pesisir lampu satu Kelurahan Samkai, Kabupaten Merauke, penjual ikan di pasar Wamanggu. Bahkan bagi penjual ikan dari Naukenjerai, Distrik Ulilin dan Muting sekalipun namanya cukup harum. Pantas saja bila pria berbadan tinggi tegap itu dikenal masyarakat, setelah berinisiatif menghidupkan kembali koperasi yang bergerak di bidang hasil perikanan di daerah Lampu Satu. Koperasi yang dinamakan ‘Koperasi Nelayan Seluruh Merauke’, yang dikomandoi langsung Bardin sangat membawa manfaat bagi nelayan kecil. Dia juga pantas disebut sebagai ‘Pahlawan’.
Di tangan dinginnya dan berkat komunikasinya yang baik dengan pengusaha, kini tak ada lagi nelayan yang membuang ikan hasil tangkapan mereka. Bahkan, sisik dan kulitnya pun disulap menjadi rupiah. Itu benar adanya. Beberapa tahun lalu, pemandangan ikan yang hingga busuk masih mewarnai pesisir lampu satu Merauke. Kini tak ada lagi ikan mati terlihat di pesisir, karena sudah jadi duit ‘bisa dijual’. Ikan-ikan itu bisa dijual langsung ke koperasi yang dipimpin Bardin lalu dioleh pabrik ikan.
Bardin merupakan seorang anggota TNI AD di Kodim Merauke 1707/MRK berpangkat Sersan dua (Serda) yang kesehariannya bertugas menjadi seorang bintara pembina desa (Babinsa) dengan wilayah tugas di Kelurahan Samkai. Pria kelahiran Buton 01-07-1982 itu diberi mandat mulai tahun 2016 lalu di membina kampung nelayan lampu satu.
Kesehariannya ia bertemu dan mendengarkan curahan hati (curhat) oleh para nelayan kecil. Dimana para pencari ikan itu mengeluh kadang ikan hasil menjaring susah terjual, karena hanya berharap penjualan di Pasar Wamanggu dan Pasar Sore. Apalagi saat musim ikan melimpah, ikan pun banyak harus terbuang begitu saja. Sementara biaya operasional saat melaut tak bisa ditawar-tawar nilainya.
Pria yang mulai bergabung dengan TNI AD tahun 2002 dengan pangkat Prada itu akhirnya berpikir untuk mengumpulkan para nelayan dengan maksud membentuk koperasi. Dengan pembahasan yang begitu elok, nelayan akhirnya bersepakat menghidupkan kembali koperasi yang sudah pernah ada dan diberi nama Koperasi Nelayan Seluruh Merauke. Mereka tidak mau membawa nama koperasi sebelumnya karena dinilai tak membawa dampak baik dan lebih banyak sisi buruknya. Tepatnya 17 Maret 2017, koperasi itu dihidupkan dan Serda Bardin sebagai nahkodanya yang diamanahkan oleh ratusan anggota. Koperasi sebelumnya sudah vakum hampir 18 tahun, sebelum kehadiran pahlawan Bardin.
Koperasi tersebut bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan menggandeng pengusaha dari Surabaya untuk menampung seluruh ikan dari masyarakat hingga akhirnya berdiri pabrik pengolahan ikan di pesisir pantai Lampu Satu. Keberadaan pabrik itu dapat memaksimalkan produksi ikan. Bahkan sisik dan kulit ikan yang awalnya jadi limbah kini bisa uang setelah dibawa ke pabrik. Ikan hasil tangkapan nelayan ditampung di pabrik untuk dipasarkan di Merauke bahkan luar Merauke.Harga belinya pun tidak mengecewakan nelayan. Bahkan penjual ikan dari pasar Wamanggu pun turut kena dampak pengolahan ikan itu. Mereka bisa menjual sisik ikan mujair dan kakap ke sana. Pabrik itu menampung ikan dari siapa saja, baik nelayan maupun masyarakat luas.
“Tujuan utamanya dari koperasi ini untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan. Itu saja, tidak ada yang lain”, tutur Serda Bardin saat berbincang-bincang dengan Papua Selatan Pos, kemarin.
Sedikit cerita soal koperasi itu, menurut Serda Bardin, bermuara untuk menjawap apa yang menjadi keluh kesah nelayan. Dengan tekad yang tinggi, dia memberikan pemahaman sederhana yang bisa diterima akal para nelayan. Segala sesuatu di dalam koperasi itu, semuanya transparan dan diketahui semua anggota. Artinya koperasi itu milik semua anggota, bukan sekelompok pengurus saja. Rapat tahunan juga selau digelar guna mengetahui perkembangan koperasi maupun hasil yang diperoleh.
“Kalau pengurus macam-macam, anggota bisa mengganti pengurus kalau ada kesalahan. Segala sesuatu di kopeasi itu harus ada musyawarah bersama, bukan hanya diputuskan pengurus semata, salah satunya bantuan-bantuan dari pemerintah”, tuturnya.
Di koperasi itu, selain nelayan anggota, orang luar juga bisa menjual ikan di sana dan pasti diterima. Tak heran penjua ikan dari berbagai pinggiran kota juga banyak yang datang. “Mau datang pagi kah, siang kah, malam kah, bahkan jam 12 malam saja masih dilayani. Mau bawa satu ekor juga tetap dibeli”, sambungnya.
Bukan Pencitraan Semata
Kehadiran TNI ditengah masyarakat harus membawa perubahan dan bisa membantu meringankan beban masyarakat. Sehingga, apa yang dilakukan pria yang tinggal di rumah dinas Kodim 1707/MRK itu, bukan pencitraan semata. Namun niat tulus mengabdi untuk negara dan rakyat. Sebab TNI lahir dari rakyat. Apa yang dilakoninya itu, jarang terlihat di media sosial.
“Sekarang bukan zaman berperang dengan senjata lagi, tapi berperang bagaimana memajukan bangsa ini. Kita tidak perlu harus koar-koar, biarlah masyarakat yang merasakan dampaknya”, tegasnya.
Sejak 2017 hingga saat ini, Bardin tidak ada kata bosan untuk melihat nelayan. Meski ia seorang prajurit yang mengemban tugas pokok dari negara, membantu masyarakat juga baginya adalah tugas dari negara dan sebuah ibadah. Selagi badan masih sehat, Bardin setiap hari datang ke koperasi, usai merampungkan tugas di kantor.
“Tugas pokok itu harus jalan dan program untuk masyarakat juga harus jalan. Kalau pun harus sore atau malam pulang dinas, saya tetap sempatkan datang ke koperasi walau sebentar saja. Karena ada tanggungjawab saya di sana”, lanjutnya.
Serda Bardin sendiri masih punya banyak konsep lain dalam memajukan masyarakat. Namun untuk melangkah ke sana masih butuh proses yang tidak mudah.
Memiliki Sifat Pemimpin yang merangkul
Ketua RT 03 Kelurahan Samkai, Umar mengatakan sejak kehadiran Bardin di tengah-tengah masyarakat sangat membawa banyak perubahan, khususnya nelayan kecil. Bardin dikenal senantiasa memperhatikan dan membantu masyarakat lewat perbuatan-perbuatan tangan ringannya.
“Pak Bardin selalu beri arahan, masukan dan petunjuk agar bagaimana bisa berpenghasilan. Bapak ini sangat bermasyarakat, kami merasa bersyukur. Setiap ada kendala, pasti dicari jalan keluarnya, bahasanya juga enak”, tutur pria kelahiran Sulawesi itu.
Di mata Umar, Bardin sosok tentara yang sangat sederhana dan bersahaja. Penampilannya apa adanya dengan menunggangi sepeda motor inventaris dari TNI jenis trail Honda CRF. Sepeda motor berwarna hijau berplat nomor TNI itu yang setiap hari menemani Bardin ke kantor dan melihat masyarakat.
“Tetap semangat pak Bardin, nanti ada balasan dari Yang Maha Kuasa”, kata dia menimpali.
Terima Penghargaan dari pimpinan
Sebagai pimpinan dari Serda Bardin, Komandan Kodim 1707/MRK, Letkol Inf Bayu Kriswandito memberi apresiasi atas pemikiran yang bisa melihat dan membantu kesulitan masyarakat, terlebih kalangan nelayan. Inovasi yang digagas pria asal Nusa Tenggara Barat itu, mengharumkan nama satuan hingga TNI AD di mata masyarakat. Dengan keterbatasan yang ada, Bardin tidak mau berdiam diri untuk mengabdikan diri kepada rakyat.
“Apa yang dilakukan Serda Bardin ini sangat membantu. Misalnya, pasar jadi bersih. Dimana, para penjual ikan yang sebelumnya hanya membuang limbah berupa kulit dan sisik ikan, sekarang bisa menjadi nilai tambah (bisa jadi duit). Karena bisa diolah di koperasi”, kata Dandim, saat menyeruput kopi dengan wartawan Papua Selatan Pos di kantornya, Senin (1/7/2024).
Serda Bardin salah satu Babinsa yang begitu menonjol. Bahkan ia memperoleh penghargaan dan uang pembinaan dari atasan, sebagai motivasi agar terus berkarya untuk masyarakat. Apa yang sudah dilakukan Bardin itu bentuk pengabdian TNI kepada rakyat. Sebab, TNI lahir dari rakyat. Tanpa rakyat TNI tak kuat.
“Peran inilah yang yang sudah dilaksanakan oleh Bardin, TNI lahir dari rakyat dan juga mengabdi untuk kepentingan rakyat”, kata Dandim penuh bangga. Dandim berharap agar jajarannya bisa mencontoh Serda Bardin dengan kegiatan-kegiatan lain. Lewat karyanya, Bardin sudah membuat nama Kodim Merauke hingga TNI AD harum di masyarakat.[F.Hutasoit]