27 Juli 2024

Peralihan Beras ke Gabah Harus Ada Koordinasi Supaya Tak Jadi ‘Bola Liar’

0

Edy Santoso,M.Sc

Merauke, PSP-Kebijakan peralihan pembelian beras ke gabah oleh Bulog terhadap petani perlu diberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya. Karena dikhawatirkan kebijakan ini akan berdampak buruk, apalagi kebijakan ini pertama kali untuk petani.

Hal itu disampaikan mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Merauke,  Edy Santoso kepada Papua Selatan Pos, Selasa (22/4). Edy mengatakan, memang dahulu Bulog pernah membeli hasil tani dalam bentuk gabah dan itu hanya sekali. Adanya peralihan dalam bentuk gabah akan mengakibatkan para petani kebingungan karena di luar kebiasaan.

Dia mengkhawatirkan, informasi yang disampaikan kepada petani tidak mendapatkan sumber informasi yang pasti dari pemerintah. “Sudah semestinya pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian memberikan sosialisasi tentang peraturan pemerintah itu. Baik itu mengenai sistem pembelian gabah, apakah langsung ke bulog atau melalui mitra maupun melalui satgas,” kata Edy.

Menurutnya Edy, hal itu sangat peenting. Jika tidak, akan menimbulkan kekisruhan di lingkungan petani. “Dalam situasi seperti ini, nanti dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Begitupun mengenai harga harus diberikan penjelasan kepada petani sejelas-jelasnya dan dari sumber yang resmi.”

“Bulog dan Pertanian harus turun ke tengah masyarakat. Sesuai HPP yang disampaikan pemerintah memang sudah jelas, kering panen Rp 4200 di tingkat petani, Rp 4250 di penggilingan. Kemudian kering giling Rp 5200 di tingkat petani dan Rp 5300 di tingkat penggilingan,” sebut dia.

Akan tetapi, kata Edy, di Kabupaten Merauke perhitungan tersebut tidak bisa diestimasikan dengan sesederhana itu. “Di Merauke tidak sesederhana itu, karena Merauke spesifik. Makanya ini perlu dibicarakan, harus ada rapat koordinasi antara Pertanian, Bulog, Perindag kemudian lembaga terkait seperti Perpadi, KTNA, HKTI, dan perwakilan dari petani. Supaya tidak jadi bola liar. Kalau dibiarkan saya khawatir akan banyak sekali dampak,” tegas Edy.

Apalagi, lanjut Edy, saat ini sudah memasuki musim panen, petani akan menjual hasilnya. “Idul fitri, bulan puasa kebutuhan pangan masyarakat akan besar dan dampak Covid-19. Informasi mengenai sistem pembelian gabah petani oleh Bulog harus harus sejelas-jelasnya. Mekanismenya harus jelas ke petani, jangan ditunda. Nanti kalau ditunda, saya khawatirkan bahwa pada saat musim tanam gadu akan terlambat. Kalau musim tanam gadu terlambat akan berdampak target sasaran luas tanam akan menurun. Musim rendengan saja tidak tercapai target,” pungkasnya. [ERS-RH]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *