Bulog Tak Lagi Beli Beras Petani, Tapi Gabah Kering

2
Gudang beras milik Perum Bulog Divre Papua dan Papua Barat di Merauke
Gudang beras milik Perum Bulog Divre Papua dan Papua Barat di Merauke.

Merauke, PSP-Menjelang musim panen padi tahun 2020 pengusaha gilingan yang menjadi mitra dari Badan Urusan Logistik (Bulog ) tak lagi membeli beras, tetapi hanya membeli gabah kering giling dari para petani padi.

Djabiruddin
Djabiruddin

Salah satu pengusaha gilingan padi di Kampung Amunkay Distrik Tanah Miring Kabupate. Merauke, Darno mengungkapkan, pembelian beras petani dihentikan berdasarkan instruksi dari Bulog Sub Divre Merauke yang merencanakan untuk menyerap hasil panen petani dalam bentuk gabah kering giling.

“Iya untuk sementara ini karena intruksi yang berasal dari Bulog Merauke bahwa penyerapan oleh Bulog tahun ini, hanya berupa gabah dan bukan beras lagi,” ungkap darno saat ditemui Papua Selatan Pos di kediamannya, Selasa (14/4).

Darno mengaku pihaknya sampai saat ini masih bingung menentukan harga beli dari petani. Selain itu pihaknya juga masih belum mempunyai sarana maksimal, seperti lantai jemur, dryer dan lain-lain untuk memenuhi standarisasi yang ditentukan oleh Bulog.

“Saat ini standar yang diminta Bulog adalah gabah kering giling. Gabah yang memiliki kadar air (KA) 14 persen dan kehampaan padi tidak lebih dari 3 persen,” sebutnya.

Hal serupa diungkapkan oleh Riani, seorang pengusaha gilingan padi yang juga Mitra Bulog. Riani mengaku bahwa gilingannya yang saat ini beroperasi di wilayah Kampung Waninggap Say, Distrik Tanah Miring, tak lagi membeli beras petani, tetapi membeli babah kering giling.

“Iya, memang saat ini kami hanya menerima gabah kering giling, tapi dengan syarat seperti yang disyaratkan oleh bulog, seperti kadar air nya 14 persen, terus gabah hampanya itu hanya 3 persen,” ungkap Riani kepada media ini, Selasa (14/4).

Riani juga menyebutkan, bahwa hal tersebut dilakukan berdasarkan instruksi dari Bulog merauke dan mulai di berlakukan pada musim panen tahun 2020. Menurutnya, para pengusaha penggilingan sendiri masih kebingungan menyesuaikan harga pembelian dari petani. Namun dia memperkirakan bahwa harga beli hanya dalam kisaran Rp.4.000 per kilogram.

Sementara itu, Kepala Bulog Sub Divre Merauke, Djabiruddin menerangkan, sesuai dengan instruksi Bulog Pusat bahwa kantor Bulog di daerah memang diwajibkan membeli gabah kering di tahun 2020 ini.

“Iya, memang perintah kantor pusat harus membeli gabah. Itu berlaku seluruh Indonesia, kami di daerah cuma melaksanakan saja, dan perintah itu harus difokuskan,” ujar Djabiruddin dari balik ponselnya, tadi malam.

Djabiruddin menyebutkan di dalam gudang bulog, harga pembelian pemerintah (HPP) dihargai sebesar Rp 5.300. “Itu sudah di dalam gudang, yang memenuhi standar,” sebut dia.

Dia mengatakan, perintah itu sudah turun sejak bulan Maret lalu. Dan saat ini para petani sudah mulai menjemur. “Sekarang belum masuk, kemungkinan besok (hari ini, red) mulai akan masuk, sebab mereka petani masih proses,” tandasnya.

Dilanjutkan, ada persyaratan agar bagaimana gabah busa berkualitas dan diterima oleh bulog. Salah satunya memperbaiki kadar air dan kebersihan sesuai dengan standar. “Itu penting, supaya bisa masuk ke gudang bulog,” ucapnya. Dia menambahkan, bulog juga sudah mengsosialisasikan tentang persyaratan gabah yang akan masuk ke bulog ke tiap-tiap mitra bulog di setiap wilayah. “Kami sudah sosialisasikan, mitra bulog ada 30 orang. Dan kami minta ke mitra agar menyampaikan ke para petani bahwa dalam tahun ini buloh membeli gabah bukan beras,” tambah Djabiruddin. [ERS-RH]

2 thoughts on “Bulog Tak Lagi Beli Beras Petani, Tapi Gabah Kering

  1. bagi kami para petani berharap harga jaul GKG minimal 4700/kg
    meskipun masih belum sesuai harapan kami..
    salam tani

  2. bagi kami para petani berharap harga GKG bisa sampai minimal 4700 /kg dari mitra…bagi kami iti pun masih belum sesuai ..
    salam tani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *