Uskup Mandagi Sedih Tidak Ada Regenerasi Suster PBHK dari Papua Selatan

Merauke, PSP – Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tidak adanya lagi suster dari Kongregasi Putri Bunda Hati Kudus (PBHK) yang berasal dari Papua Selatan. Hal ini disampaikannya dalam homili pada perayaan hari pesta Maria Bunda Hati Kudus di Biara PBHK, Merauke, Jumat (30/5).
“Sedih juga kalau akhirnya sudah tidak ada lagi suster PBHK dari Papua Selatan,” ujar Uskup Mandagi. Ia menekankan pentingnya regenerasi dari kalangan lokal untuk memastikan keberlanjutan pelayanan gerejawi di wilayah tersebut.
Dalam homilinya, Mandagi juga mengajak para suster PBHK untuk tidak hanya berbangga atas identitas religius, namun menunjukkan kesaksian hidup yang nyata. “Saya tidak mau bicara banyak tentang semangat Hati Kudus. Tapi buktikan. Tunjukkan. Itu lebih penting daripada sekadar berkata MSC, tapi hidup kelabu,” tegasnya.
Selain itu, Uskup Mandagi menyoroti kondisi fisik Biara PBHK yang menurutnya perlu perbaikan. Ia meminta pemerintah daerah untuk menata halaman biara dengan paving dan taman agar tampak rapi. “Walaupun rumah sederhana, penampilan harus tetap indah. Kerapihan menunjukkan karakter,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur Papua Selatan Paskalis Imadawa menyatakan komitmen pemerintah untuk mendukung karya para suster PBHK. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya peran lembaga keagamaan dalam membangun peradaban kasih dan kesejahteraan di Papua Selatan.
“Kehadiran PBHK di Selatan Papua adalah suluh terang yang membawa pelayanan iman dan pengabdian konkret,” ujar Paskalis. Ia juga mendorong agar ke depan muncul suster PBHK dari kalangan Orang Asli Papua (OAP), sebagai bagian dari regenerasi lokal.
Paskalis menutup sambutannya dengan meminta berkat langsung dari Uskup Mandagi bagi dirinya dan seluruh jajaran pemerintah provinsi. Ia juga menekankan pentingnya komunikasi dan kolaborasi antara pemerintah dan lembaga keagamaan.
Sementara itu, Bupati Merauke Yoseph B. Gebze menyatakan keterbukaan pemerintah daerah terhadap masukan para suster dan siap mendukung pelayanan mereka. Ia berharap perayaan tersebut menjadi momentum memperbaiki komunikasi yang selama ini belum optimal.
“Kehadiran kita di sini bukan karena jabatan, tapi karena buah dari persembahan diri para suster,” kata Bupati Yoseph. Ia juga mengajak seluruh pihak untuk menjadikan nilai-nilai kasih dan kerendahan hati para suster sebagai inspirasi dalam pelayanan publik. Perayaan hari pesta Maria Bunda Hati Kudus di Merauke ini mencerminkan sinergi antara Gereja dan pemerintah dalam membangun kehidupan sosial dan spiritual di Papua Selatan. [ERS-NAL]