Distributor di Merauke Pusing Pupuk Tak Terserap

Annas
Merauke, PSP – Distributor pupuk di Merauke mengaku pusing lantaran pupuk di wilayah proyek strategis nasional (PSN) yakni Merauke tidak terserap alias tak laku.
Padahal menurut data kebutuhan pupuk subsidi dalam E-RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dan alokasi di kabupaten Merauke tahun anggaran 2025, terdapat 18.775 petani di 11 distrik, dengan alokasi pupuk Urea 8.771.000 kilogram dari kebutuhan E-RDKK 9.377.741 kilogram. Sedangkan pupuk NPK, dengan jumlah petani yang sama, alokasi sebesar 13.537.000 kilogram dari kebutuhan E-RDKK 21.295.409 kilogram.
Jumlah ini teralokasi hampir seratus persen dari jumlah kebutuhan.
Keluhan itu disampikan Distributor Pupuk Bersubsidi PT. Tyas Jaya, Annas kepada wartawan di kantor DPRD Merauke, Kamis (7/3).
Annas mengakui stok pupuk untuk Merauke tersedia cukup banyak.
“Kita ada pusing ini, pupuk melimpah,” ujar Annas.
Sebenarnya patut disyukuri, kata Annas, sebab alokasi pupuk sejak dua tahun terakhir ke merauke tersedia dengan baik.
Disebutkan, kuota pupuk untuk distributor Tyas Jaya ditahun 2025 ini cukup sangat banyak mencapai 8 ribu ton dan sekitar 5 ribu ton standby di gudang.
“Sebetulnya pemerintah bisa atur kembali, melakukan pendataan ulang terhadap petani,” kata anggota DPRD Merauke fraksi PDIP itu.
Dari jumlah alokasi di atas dapat diketahui, jumlah RDKK dan alokasi sudah seimbang, di mana tahun sebelumnya RDKK jumlahnya besar namun alokasi kecil, menjadikan ketimpangan antara alokasi dan jumlah RDKK.
Hal yang sama disampikan Kepala Cabang PT. Sarana Logistik Indonesia Muhammad Irwan bahwa penyerapan pupuk di Merauke tidak mengalami pergerakan.
“Malah tahun lalu petani bisa dibilang kewalahan artinya daya serap pupuk nya itu kurang. Serapan pupuk subsidi di tahun 2024 itu tidak sampai 50 persen, petani kewalahan. Uang petani tidak ada.” kata Irwan.
Pengecer Pupuk Subsidi di Tanah Miring, Sugiono mengungkapkan memiliki pupuk yang siap disalurkan ke para petani. “Di awal bulan Februari 2025 kemarin stok masuk ke saya 21 ton, sekarang standby 17 ton,” ungkap Sugiono.
Diungkapkan, bahwa 3 tahun terakhir keberadaan pupuk di Merauke berhasil membuat para petani tidak ngedumel lagi. Apalagi mekanisme pengambilan pupuk sudah tidak berbelit.
“3 tahun ini pupuk sangat banyak. Aman. Pengambilan hanya pakai kartu tani. Kalau pun misalnya ga bawa kartu tani, mereka bisa ambil pakai KTP , lalu kami sebagai pengecer tinggal input di aplikasi iPubers saja, masukkan nama petani, berapa permintaan, petani bayar langsung kami proses dan langsung juga tertera kuota nya dia disitu. Udah sangat gampang,” jelasnya.
Kendati demikian, Sugiono menyampaikan daya serap petani masih terbilang sangat kurang terhadap pupuk yang tersedia sangat banyak itu.
“Tahun 2024 saja, kuota saya 1500 ton, yang keluar cuma 300 ton,” kata Sugiono.
Daftar untuk penerima pupuk bersubsidi seyogyanya penting untuk diperbaiki, guna memaksimalkan penyerapan.
“Petani daftar nya 2 orang satu keluarga, garapan 2 hektar, tapi satu orang tidak mengambil pupuk, artinya yang terdaftar suami istri dapat jatah, tapi yang ambil hanya suami. Stok pupuknya nya si suami aja masih sisa. Dinas terkait ga mau perbaiki PPL, harusnya dari mereka diketahui sebenarnya jumlah garapan petani. Kalau tahun-tahun sebelumnya kan 1 petani hanya dapat 300-400 kilo untuk satu keluarga. Sekarang alokasi untuk satu orang lebih banyak sampai 2 ton, untuk garap 2 hektare, pupuk sampai sisa sangat banyak. Harusnya diperbaiki,” tutur Sugiono.
Petani Tanah Miring, Syamsul, menyatakan bahwa kini ketersediaan pupuk sudah tidak lagi menjadi masalah. “Sekarang sudah lebih mudah, tinggal pergi ke kios dengan membawa kartu tani. Yang penting bawa uang saja, ini uang tidak ada,” ujar Syamsul di sela-sela kegiatannya di sawah, Sabtu (22/2). Hal senada disampaikan petani lain di Distrik Kurik Kampung Salor, Sutrisno. Ia mengatakan sistem distribusi pupuk sudah lebih mudah selama dua tahun terakhir. “Sekarang pupuk sudah tersedia di kios, tidak pernah kosong. Kendala yang ada justru pada keterbatasan dana petani,” jelas Sutrisno. [ERS-NAL]