Penerbangan Pesawat Tak Tertunda Karena “Avtur”

0
Tampak proses pengisian bahan bakar avtur ke pesawat di Bandara Mopah Merauke.

Tampak proses pengisian bahan bakar avtur ke pesawat di Bandara Mopah Merauke.

Oleh : Eron Simbolon

Merauke, PSP – Bandar Udara Mopah Merauke – Papua Selatan menjadi salah satu bandara yang masuk dalam daftar pelayanan PT. Pertamina untuk memasok kebutuhan bahan bakar pesawat.

Dalam hal memenuhi kebutuhan BBM pesawat bernama avtur di bandara ini, terdapat sebuah DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) di bawah naungan Pertamina Marketing Operation Regional (MOR) 8 Papua – Maluku. DPPU itu berada di sebelah kiri ketika memasuki lingkungan bandara.

DPPU tidak jauh dari apron (tempat parkir pesawat), paling 500-an meter lebih. Terpantau sejumlah unit mobil tanki Pertamina senantiasa stanby terparkir disitu.

Pagi itu, seperti biasanya, aku beranjak dari tempatku ngekos menuju Bandara Mopah yang cuma berjarak 2 kilometer. Bagi kebanyakan wartawan, ngetem di tempat-tempat tertentu untuk mencari narasumber dan memantau situasi sebagai bahan berita. Menjadi hal wajar.

Kali ini, tujuan fokus ku ingin melihat pergerakan aktivitas di landasan terbang Mopah yang kurang dari 2.500 meter panjangnya, menurut data pemerintah Kabupaten Merauke.

Saat ini, Bandara Mopah melayani pesawat maskapai Garuda Indonesia jenis Boeing 1 unit dengan 2 nomor berbeda, Lion Air jenis Boeing 1 unit dengan 2 nomor berbeda dan pesawat berbadan kecil Susi Air, Trigana dan MAF.

Pukul 06.30 WIT di bandara pagi itu, belum ada pesawat yang terparkir di apron, sementara di terminal tunggu, penumpang yang hendak berangkat keluar Merauke sudah mulai berdatangan menunggu pesawat Lion Air yang dijadwalkan mendarat terlebih dahulu turut juga akan menurunkan penumpang.

Pukul 06.50 WIT petugas bandara mengumumkan bahwa pukul 07.00 WIT pesawat Lion Air akan mendarat. Aku menutup gelas berisi kopi hitam tanpa gula yang sedari tadi ku seruput dan bergegas menuju pagar pembatas antara landasan dan terminal di sebelah bandara.

Sejenak menunggu di bawah pohon rindang, pesawat bercak merah itu pun turun dan parkir di area apron. Para penumpang tampak mulai keluar dari pintu sebelah kiri badan pesawat.

Terpantau sebagian penumpang sudah keluar, mobil tanki berwarna merah putih terlihat melaju dari sudut kiri bandara, dengan nyala lampu sirine namun tidak berbunyi, mobil tanki itu menuju sebelah kanan badan pesawat.

Ya, mobil tanki itu milik Pertamina. Khususnya DPPU atau AFT ( Aviation Fuel Terminal ) Bandara Mopah Merauke. Untuk menyalurkan BBM Avtur ke pesawat.

Petugas pengisi Avtur ke pesawat, yang disebut oleh pihak Pertamina sebagai CRO ( Certified Refueler Operator ) turun dari mobil tanki, dengan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap, tampak menarik selang penyalur Avtur menuju tanki pesawat.

Tidak lama, hanya 20 menit CRO berada disana mengisi BBM pesawat. Kemudian CRO menggulung selang, dan tampak memberikan kertas kepada petugas di area pesawat. Belakangan ku ketahui yang menerima selembar kertas itu adalah pihak maskapai.

Setelah melakukan tugasnya, CRO beranjak dari sana kembali ke parkiran AFT. Sebab, pesawat Lion Air itu akan kembali terbang membawa penumpang dijadwalkan pukul 07.40 WIT.

Di hari yang sama, setelah Lion Air beranjak dari apron dan mengudara, maskapai Garuda Indonesia dijadwalkan turun membawa penumpang pukul 08.30 WIT dan akan kembali terbang pukul 09.30 WIT.

Kembali kuhampiri kopi ku yang sudah dingin di kantin terminal tunggu bandara, sembari menunggu Garuda untuk turun.

Dua kali kopi itu ku seruput di menit berbeda, petugas pengumuman kembali mengumumkan pesawat Garuda Indonesia akan segera mendarat. Aku kembali ke pohon rindang tadi, dan pesawat Garuda terlihat sudah mengeluarkan rodanya siap untuk mendarat.

Tak lama, pintu pesawat di buka dan penumpang mulai keluar, mobil tanki pengisi BBM pesawat menginjak pedal gas nya beranjak dari parkiran menghampiri badan kanan pesawat Garuda itu.

Lagi, CRO Pertamina dengan APD lengkap kembali menarik selang dan memasukkannya ke tanki pesawat. Itupun tidak lama, kuhitung hanya 25 menit, lalu kemudian CRO mobil tanki pembawa avtur itu kembali memberi kertas ke petugas dan pergi berlalu dari sana.

Keesokan harinya, kembali kudatangi bandara salah satu tempat denyut nadi utama keluar masuknya orang dan barang di Provinsi Papua Selatan yang baru dimekarkan ini. Selain dari pelabuhan.

Aku datang agak siangan. Sekira pukul 09.30 WIT. Untuk melihat pesawat berbadan kecil menurunkan penumpang dan membawa penumpang.

Di pohon rindang kutunggu. Kulihat mobil tanki avtur dengan warnanya yang khas merah putih milik Pertamina sudah parkir tak jauh dari apron. “Pasti stanby mau isi BBM pesawat” begitu pikirku.

Ada juga mobil tanki berwarna kuning bertuliskan Avtur sudah stanby berada tak jauh dari tempatku memandang. Itu mobil tanki untuk mengisi BBM khusus pesawat Hercules milik TNI AU yang sepertinya sebentar lagi juga akan mendarat.

Lagi-lagi CRO mobil tanki avtur merah putih dengan APD, bergerak cepat menyalurkan avtur ke pesawat Trigana dan Susi Air yang sudah mendarat beberapa menit lalu. Berbarengan dengan turunnya para penumpang.

Usai melakukan penyaluran, CRO avtur tampak memberikan kertas kepada masing-masing petugas maskapai yang ada di dekat pesawat setelahnya beranjak dari sana.

Para penumpang yang mau keluar Merauke pun mulai memasuki pesawat kecil antar kabupaten itu dan kembali mengudara tanpa menunggu pengisian avtur ke pesawat.

Boleh dibilang, setiap hari aku dan teman sejawatku di waktu pagi berada di terminal bandara, minum kopi, bercerita sambil melihat siapa orang yang keluar dan masuk ke Merauke. Kebanyakan pejabat.

“Bagaimana pesawat mau delay disini, kalau delay sungguh luar biasa,” timpal teman seprofesiku itu merespon pernyataanku, bahwa tidak pernah terdengar keluhan tentang pesawat delay atau terlambat terbang dari Merauke terlebih karena avtur.

Penerbangan di Merauke hanya berlangsung di satu waktu dalam sehari setiap hari, yaitu pagi. Maka tak heran, bandara akan sangat ramai di pagi hari, dan mulai sepi menjelang siang hingga malam hari.

Setiap hari kami tidak pernah mendengar pesawat delay karena sesuatu hal, apalagi tentang BBM pesawat yang belum terisi.

Berbeda dengan di SPBU dekat kos tempatku tinggal. Setiap pagi aku keluar hendak mencari berita, setiap itu pula pemandangan antrian mobil-mobil truk menunggu di SPBU sampai menyebabkan kemacatan menghiasi pandanganku.

“Kalau kami request avtur lewat grup WA, nanti mereka datang tinggal isi. Sekarang juga ada sistem yang dipakai lewat aplikasi Patma dan dilakukan permintaan tersistem lewat aplikasi itu. Dan Pertamina langsung merapat ke pesawat. Setiap landing, harus isi penuh tanki,” ujar Manajer Lion Air Merauke Inggrid Silvia saat kutemui di terminal bandara Mopah, Rabu (16/10).

Kerjasama dengan Pertamina dalam hal pemenuhan BBM avtur, kata Inggrid, dilakukan secara terpusat oleh maskapai tempatnya bekerja.

“Kalau sistem pembayaran, itu Pertamina berurusan dengan pihak kami di pusat, nanti pusat yang proses. Jadi kami hanya dikasi BON setelah mereka isi, dan akan kami kasi masuk ke sistem finance kami,” tutur perempuan berwajah ayu itu.

Biasanya, sebut Inggrid, khusus pesawat Lion yang ditanganinya membutuhkan 3000 sampai 4000 kiloliter avtur jika berhenti di bandara Sentani, 9000 sampai 10.000 kiloliter jika tujuan berhenti di Makassar.

“Itu sekali jalan ya, nanti di bandara tujuan di isi lagi” timpalnya.

Sejauh ini, pelayanan DPPU terhadap maskapai Lion Air terbilang baik, menurut pihak Lion Air. Terkadang, mereka tiba-tiba meminta penambahan secara mendadak, namun tetap dipenuhi DPPU Pertamina Aviation setempat.

“Kalau sejauh ini pelayanan bagus ya, kami juga komunikasinya baik. Biasanya kalau kami minta yang mendadak juga langsung di respon. Dan setiap bulan biasanya Pertamina bertanya juga ke kami, apakah akan ada extra flight, supaya di request lebih, dan sejauh ini tidak pernah kurang, tidak pernah ada penolakan terkait permintaan. Selalu ada. Iya tidak terlambat (penerbangan), sejauh ini tidak pernah delay ya karena avtur,” terang Inggrid seraya menambahkan terkait harga avtur pihaknya tetap menyesuaikan.

Maskapai-maskapai penerbangan yang ada, menaruh harapan kepada Pertamina selaku pemimpin penyalur BBM, khususnya avtur ke pesawat. Agar senantiasa terus meningkatkan kualitas layanan dan produk.

Apalagi, wilayah ini baru saja dimekarkan menjadi Provinsi. Otomatis migrasi orang-orang bukan saja dari dalam tapi dari luar akan terus meningkat.

Menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merauke sebagai instansi tehnis, menyusul 2 tahun usia Papua Selatan, pertumbuhan penduduk tidak bisa dipungkiri terus mengalami kenaikan. Hal ini dilihat dari jumlah orang yang melakukan peristiwa kependudukan.

Di kabupaten Merauke saja, semester 1 tahun 2023 terdapat data jumlah penduduk di angka 233 ribu jiwa, semester 2 tahun 2023 naik ke 238 ribu jiwa dan dari semester 2 tahun 2023 ke semester 1 tahun 2024 naik ke 240 ribu jiwa.

“Sekarang acuan kami terhadap data kependudukan 240.609 jiwa. Ini data konsolidasi bersih oleh pemerintah pusat ke daerah, jadi dari semester 2 tahun 2023 ke semester 1 tahun 2024 itu naik 2000 lebih penduduk, nanti akan di hitung lagi di semester 2 tahun 2024,” ujar Kadisdukcapil Merauke Yustina Kamisopa, S.Sos di kantor nya, Jumat (6/10).

Dengan adanya tren peningkatan kependudukan, tentu akan berpengaruh kepada hak pelayanan publik. Dimana, setiap orang yang memasuki suatu daerah maka orang tersebut berhak mendapatkan pelayanan yang baik.

“Tentu, ini akan menjadi beban pemerintah dan instansi lainnya. pemerintah melihat secara komprehensif karena pembangunan, demokrasi dan lainnya akan mengacu kepada jumlah penduduk kan,” kata Kamisopa.

Pesawat Trigana Air yang menjadi salah satu moda transportasi di Papua Selatan, untuk melayani masyarakat antar 4 kabupaten cakupannya, baik Mappi, Boven Digoel, Asmat dan Merauke. Mengharapkan adanya penambahan penyalur avtur di kabupaten lain.

“Untuk kebutuhan avtur kalau kami biasanya isi double untuk BBM, artinya bisa pulang dan pergi. Misalnya Merauke tujuan Asmat, itu kami isi untuk kebutuhan PP (Pulang-Pergi), sebab pengisian kan cuma di Merauke. Disini lah perlu ditambah terminal pengisian. Seperti di Mappi, kami bawa sendiri avtur dari Merauke lewat darat,” ujar Manajer Trigana Air Merauke Putranto Setyo di ruang kerjanya Bandara Mopah.

Terkadang sesal menghampiri. Begitu kata Putranto. Ketika pesawat berbarengan masuk ke apron, petugas pengisi avtur mendahulukan pengisian terhadap maskapai lain.

“Memang sejak beberapa bulan belakangan ini kami sudah menggunakan aplikasi Patma secara sistemnya, dan ada juga grup WA. Ketika sudah pengajuan dan user sudah dapat, dan masing-masing petugas sudah menerima info bahwa kami melakukan permintaan, mereka (Pertamina,) merapat ke pesawat. Disini terkadang kami sesal ketika pesawat berbarengan masuk ke apron, dan harus semua di layani oleh Pertamina. Tapi yang datang cuma ada satu mobil tanki. Bukan masalah siapa yang datang duluan dan siapa yang di isi duluan, masalahnya kan sudah terjadwal,” tutur Putranto, seraya bilang; tidak terlambat dalam jadwal penerbangan karena avtur.

Jauh sebelumnya, Area Manager Comm, Rel dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun sempat mengatakan berkaitan dengan penyaluran avtur ini Pertamina terus berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk pemerintah dan institusi terkait lainnya, guna memastikan kelancaran distribusi dan mengatasi potensi hambatan penyaluran avtur yang mungkin terjadi. “Infrastruktur penyimpanan dan distribusi juga akan terus ditingkatkan untuk mencegah kendala yang tidak diinginkan. Kami berkomunikasi secara intensif dengan Pemerintah Daerah, juga kerjasama dengan pihak keamanan dalam melancarkan penyaluran Avtur,” ujar Edi dalam keterangan tertulisnya beberapa bulan lalu.

Disebutkan Edi waktu itu, ntuk memantau proses penyaluran energi secara real time di seluruh pelosok Nusantara, Pertamina memanfaatkan teknologi digital yang dikontrol melalui Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC) yang dipantau melalui Command Centre.

“Kami juga memastikan bahwa operasional hulu, pengolahan, pengangkutan, seluruh layanan serta stok Avtur aman di Bandara dan mencukupi untuk kebutuhan,” lanjut Edi.

Hingga saat ini Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program – program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social dan Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Terkait harga Avtur, kata Edi, akan terus diimbangi dengan ketersediaan stok serta jaminan distribusi ke seluruh bandara di Indonesia termasuk wilayah Papua Maluku. “Ini adalah komitmen Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional hingga ke Papua Maluku,” ucapnya.

Harga Avtur yang sering dinilai terlampau tinggi, Edi menyampaikan penetapan harga telah sesuai dengan regulasi dari Pemerintah.

“Harga Avtur Pertamina sudah sesuai dengan aturan Pemerintah, kedepannya akan kami jaga kualitas layanan agar penyaluran Avtur selalu terpenuhi di bandara hingga wilayah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal) di Papua Maluku,” tutup Edi.

Di Pertamina TBBM Merauke, Sales Branch Manager II PT. Pertamina Papua Selatan dan Papua Pegunungan Aziz Askaputra mengatakan, dalam rangka menyalurkan BBM Avtur ke pesawat di Papua Selatan, TBBM Merauke menerima avtur dari kapal pengangkut kemudian disalurkan ke AFT sesuai permintaan AFT. “Spesifik melayani maskapai kan AFT, jadi TBBM disini secara umum hanya menerima BBM dari kapal. Lalu avtur nya disalurkan ke AFT sesuai dengan permintaan AFT. Karena AFT yang bersentuhan langsung dengan maskapai yang mengetahui kebutuhan maskapai. Di AFT juga ada buffer stok, manatau nanti ada kebutuhan mendadak,” jelas Aziz. [Eron Simbolon]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *