Memasuki Musim Kemarau, BMKG Himbau Masyarakat Waspada

0
Kepala Stasiun Klimatologi Papua Selatan, Marsildus Keytimu.

Kepala Stasiun Klimatologi Papua Selatan, Marsildus Keytimu.

Merauke, PSP – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi (Staklim) Papua Selatan memrediksi fenomena La Nina akan ulai terjadi di beberapa bulan kedepan dengan intensitas lemah.

“ Untuk tahun ini kondisi yang sekarang kami memprediksi bulan Juni-Juli-Agustus kita akan masuk ke fase La Nina lemah dan ini sampai dengan akhir tahun nanti Oktober-November-Desember untuk La Nina lemahnya,” kata kepala Staklim Papua Selatan, Marsildus Keytimu kepada media ini, Rabu (29/5).

Dijelaskan Marsildus, fenomena La Nina akan bertepatan dengan musim kemarau yang akan mulai terjadi pada bulan yang sama.

“ Jadi musim kemarau tahun ini akan diikuti bersama dengan faktor global tadi yaitu fenomena La Nina dengan fase lemah,” ujarnya.

Untuk prediksi curah hujan bulanan di bulan Juni, Juli, Agustus dan September ini perlu diwaspadai terutama untuk wilayah kabupaten Merauke karena Staklim memprediksi curah hujan dengan kategori rendah yaitu 0-100 milimeter dominan terjadi di wilayah kabupaten Merauke.

Sedangkan untuk sifat hujannya ini perlu diwaspadai juga di bulan Juni dan Juli. Hal tersebut perlu diwaspadai sifat hujan musim kemaraunya karena nantinya akan lebih rendah di bulan Juni-Juli.

Staklim Papua Selatan juga telah merilis terkait prediksi puncak musim kemarau di wilayah kabupaten Merauke, dimana yang akan mengalami puncak lebih dulu di bulan Juni yaitu di sebagian besar distrik Elokobel, kemudian sebagian distrik Animha, Muting, Ngguti dan sebagian Ilwayab.

Kemudian puncak musim huja di bulan Juli nanti berada di distrik Tanah Miring, Malind, Okaba, sebagian Kimaam dan sebagian besar Tabonji.

“ Untuk Agustusnya itu distrik Waan, sebagian Kimaam dan sebagian Okaba dan yang paling terakhir di September terjadi di sebagian besar distrik Semangga, sebagian kecil distrik Sota, sebagian Merauke dan sebagian besar distrik Naukenjerai untuk prediksi puncak musim kemaraunya,”  tuturnya.

Untuk itu BMKG melalui Staklim Papua Selatan mengeluarkan beberapa rekomendasi dalam menghadapai musim kemarau 2024 ini.

“ Menghadapi Musim Kemarau 2024, BMKG menghimbau Pemerintah Daerah, institusi terkait pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau terutama wilayah yang diprediksi sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dari biasanya/normal) wilayah tersebut rentan terhadap kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air bersih yang juga berdampak pada kesehatan,” jelasnya.

Musim kemarau bukan berarti tidak terjadi hujan sama sekali. Oleh karena itu, perlu diwaspadai peluang terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang yang dapat terjadi sewaktu – waktu. Terutama wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau atas normal (lebih basah dari biasanya/normal) terutama untuk tanaman pertanian dan holtikultura yang sensitive terhadap curah hujan tinggi.

Sebagai Upaya untuk pencegahan karhutla dan mitigasi potensi kekeringan di berbagai daerah perlu segera melakukan koordinasi di lapangan dengan berbagai pihak terkait (BPBD, Balai Besar Wilayah Sungai, Pemda, Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, komunitas masyarakat setempat) untuk menyebarluaskan informasi kesiapsiagaan, terutama  mengingatkan Masyarakat dan semua pihak untuk tidak melakukan tindakan yang dapat memicu terjadinya kebakaran lahan (Tidak membuang puntung rokok, tidak menyulut api, dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan lainnya).

Kemudian melakukan pemanenan air hujan melalui embung, pot tampungan, kolam retensi, sumur resapan, dan sebagainya serta melakukan penghematan penggunaan air.[JON-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *