26 Juli 2024

Ini Tanggapan PJ Gubernur Safanpo Soal Mahalnya Harga Beras

0

Dr.Ir. Apolo Safanpo,ST.,MT

Merauke, PSP – Harga mahal dan sulitnya mendapatkan beras di beberapa kabupaten di Papua Selatan akhir – akhir ini membuat masyarakat bertanya – tanya.

Bukan hanya masyarakat, pedagang beras di pasaran yang merupakan mitra Bulog sendiri pun kesusahan mendapatkan beras. Akhirnya ada pedagang di Merauke yang turut mendatangkan beras dengan hasil koordinasi sendiri dari wilayah Makassar.

Mengapa tidak, Bulog yang merupakan instansi penyedia kebutuhan pokok itu juga kewalahan hingga akhirnya turut mendatangkan beras Surabaya.

Hasil wawancara dengan pedagang beras juga menyebutkan, kualitas beras dari luar tersebut tidak sebaik beras hasil produksi petani lokal.

Bebricara mengenai harga, di akhir bulan Juli 2023 lalu harga beras di pasaran terendah di bandrol dengan harga Rp. 14.000 per kilogram dan tertinggi Rp. 16.000 per kilogram.

Sementara di ibu kota kabupaten Mappi, harga beras tembus di harga Rp. 17.000 per kilogramnya.

Menurut pedagang disana, harga itu menyusul sulitnya mendapatkan beras di pasaran wilayah Kepi.

Pemerintah provinsi Papua Selatan yang ditanyai menanggapi keadaan kebutuhan pokok beras di lumbung pangan ini mengaku sudah membahas bersama Bulog.

“Memang tentang ini kami sudah bahas bersama dengan Bulog juga,” ucap Pj. Gubernur Papua Selatan Dr. Ir. Apolo Safanpo,ST.,MT di kantor Dinas Pertanian provinsi Papua Selatan, Senin (7/8).

Pemerintah tidak memungkiri, peristiwa tersebut akibat panen padi petani yang tidak maksimal belakangan ini.

“Hal itu bisa terjadi karena panen belakangan memang tidak maksimal membuat hasil produksi kurang sehingga salah satu solusi yang diambil adalah mendatangkan beras dari luar,” ucap orang nomor satu di Papua Selatan ini.

Kendati demikian, pemerintah selain sudah berkoordinasi dengan Bulog tetap berharap kedepan panen padi petani mendapatkan hasil yang baik.

“Ya kedepan kita berharap panen petani bisa baik untuk mencukupi, program pasti ada baik di dinas pertanian kabupaten maupun provinsi,” singkat dia.

Petani yang sempat ditanyai di wilayah Kuprik Minggu (6/8) lalu mengaku dari 5 hektar padi yang di tanam nya hanya menghasilkan 125 pancong.

Bukan tanpa sebab, hasil panen yang demikian dikarenakan hama wereng yang menggerogoti padi. “Aduh hanya 125 poncong, saya tanam 5 hektar, karena hama wereng to, ah bukan tikus, tikus tidak ada,” ucap petani itu dengan muka datar. [ERS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *