Keterbatasan fisik Tak Mengurangi Semangat Yohanis Odu Menimba Ilmu di Unmus

0
Yohanis Odu saat berada di kampus. (1)

Yohanis Odu saat berada di kampus. Foto: PSP/ERS

Merauke, PSP – Namanya Yohanis Odu Peragi. Saat ini masih menyandang status mahasiswa semester akhir, jurusan Tehnik Informatika Fakultas Tehnik Universitas Musamus.

Jhon sapaan biasanya, berasal dari wilayah rawa Kampung Katage Distrik Haju Kabupaten Mappi.

Setelah menamatkan SMA di tahun 2018 lalu, Jhon memilih melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi Musamus melalui jalur bidik misi, dengan fisik yang tidak seperti kebanyakan orang normal pada umumnya.

Sejak diterima di perguruan ditahun itu juga, setiap hari Jhon terpaksa berjalan merangkak di seputaran kampus. Itu akibat penyakit polio yang menyerang tubuhnya di usia 5 tahun setelah lahir ditahun 1998 lalu.

Penyakit polio yang diidapnya kala itu, membuat kaki sebelah kiri Jhon mengalami kelumpuhan dan berdampak kepada kaki kanannya. Sehingga kedua tangan Jhon, terpaksa menopangnya berjalan kesana kemari hingga kedua telapak tangannya menebal keras.

“Di usia 5 tahun saya terkena polio, badan lumpuh akhirnya selamat dan kena ke kaki, itu yang menyebabkan sampai hari ini saya begini,” ujar Jhon di Kampus Unmus, Kamis (20/10).

Tapi dengan tegas Jhon mengatakan, walaupun memiliki kondisi fisik yang terbatas, tapi setiap orang berhak menggapai cita – cita dan mendapatkan pendidikan. Karena bagi Jhon  duduk sama rendah berdiri sama tinggi

“Saya tidak pernah merasa terpinggirkan dengan orang lain, saya tidak memandang latar belakang fisik, kekurangan saya apa, tidak. SD saya enam tahun, SMP tiga tahun, SMA tiga tahun, ini target wisuda tahun depan, yang penting kita tidak melakukan kejahatan saja,” tegas Jhon.

Sejauh berkuliah, Jhon juga tidak pernah mendapatkan perlakukan senonoh dari mahasiswa – mahasiswi lainnya.

Malahan, pengakuan Jhon ada beberapa colega nya sering memberikan tumpangan bila berangkat maupun sepulang kuliah.

“Tidak pernah (dibully) teman – teman antar juga kadang, kadang naik angkot, saya ucapkan terimakasih buat teman – teman, yang membantu,” ungkapnya.

Jhon mengatakan, tidak muluk – muluk dalam bercita – cita, hanya ingin mendapatkan gelar sarjana kemudian bekerja.

“Kalau cita – cita, selesai kuliah tahun depan, peluang apa yang ada didepan mata itu akan diambil. Intinya berusaha untuk bagaimana supaya sukses to,” ujar Jhon tertawa.

Walau dengan kondisi demikian, Jhon mengucapkan syukur karena masih diberikan kehidupan oleh Tuhan.

“Saya masih bersyukur, Tuhan juga tau mana yang baik mana yang tidak,” kata dia.

Jhon berpesan, bahwa tidak ada kata terlambat untuk menggapai pendidikan, untuk menggapai sukses.

“Tidak ada kata ketinggalan, kita harus sama kayak orang – orang sukses. Artinya, negara sudah menyediakan tempat – tempat bekerja, kita harus berpendidikan bagaimana supaya bisa masuk ditempat – tempat itu. Seperti saya misalnya, fisik sudah begini, berarti setidaknya dari segi pendidikan saya harus bisa karena hidup ini kan terus berjalan,” pungkas Jhon.

Aransa Denta Vicario Wairara salah seorang adik tingkat Jhon, turut sering memperhatikannya.

Bagi Aransa, Jhon adalah sosok yang baik dan semangat kuliah.

“Walaupun dia kekurangan begitu, kaka orangnya baik, pernah kemarin kaka tanya, dia cari kelas, kelasnya itu dilantai 3, kaka dia naik ke atas cari kelas itu, rupanya kelasnya ada di bawah, jadi kaka harus turun lagi,” ujar Aransa.

Vika lanjutkan, sosok Jhon adalah seseorang yang tidak mau ketinggalan mata pelajaran. Menurutnya, Jhon patut menjadi inspirasi bagi kaum muda lainnya.

“Saya baru lihat di Tehnik Informatika seperti ini. Kaka nya sosok yang berusaha tidak mau ketinggalan. Kita bisa belajar dari kaka ya, walaupun punya kekurangan kita jangan mau ketinggalan,” pesan Vika. [ERS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *