Kasus Meninggalnya Warga di Bade, 18 Anggota Pos Diboyong ke Merauke

0
Danrem

Brigjen TNI E.Reza Pahlevi

Merauke, PSP – Sebanyak 18 personil dari Pos Pamrahwan Bade dari Yonif 600/Modang yang diduga terlibat dalam penganiyaan warga bernama Bruno hingga meninggal dunia Rabu (31/9) lalu di dibawa ke Detasemen Polisi Militer XVII/3 Merauke. Kini perjalanan belasan prajurit Satgas Pamrahwan itu sudah sampai di Asiki, Kabupaten Boven Digoel dan akan melanjutkan perjalanan ke Merauke. Hal itu disampaikam Komandan Korem 174/ATW, Brigjen TNI E.Reza Pahlevi, kemarin.

Danrem menyebut, semua prajurit itu akan diperiksa secara keseluruhan oleh penyidik Denpom, untuk membuktikan keterlibatan mereka. Sebab, hingga saat ini belum ada yang menjadi tersangka, karena masih dalam proses penyelidikan pihaknya. “Seluruhnya masih kita duga, nanti yang menindaklanjuti Denpom. Kita tunggu laporan dari Denpom nanti,” terang Danrem.

Mengenai hukuman atau sanksi bagi anggota yang terlibat akan disesuaikan dengan hukum yang berlaku. Namun, sampai saat ini belum terbukti ke pembunuhan, tapi masih penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia. Apakah korban meninggal akibat dipukul atau over dosis karena mabuk, masih terus didalami.

“Inilah karena, tidak diotopsi.  Keluarga tidak berkenanan diotopsi. Memang, keluarga sudah menerima kematian itu.  Sehingga yang kita cari adalah bagaimana penganiyaan itu bisa terjadi,” beber Danrem.

Pati TNI AD berpangkat binta satu itu menegaskan, pihaknya tidak akan menutup-nutupi kasus tersebut alias transparan. Tindakan yang diberikan sesuai dengan aturan yang berlaku di TNI. Meski denda adat sudah dilakukan, tidak mempengaruhi proses hukum yang sedang berlangsung.

Danrem menjelaskan, dugaan penganiayaan berujung maut itu bermula ketika korban diduga akan memperkosa seorang wanita. Wanita tersebut kemudian berteriak lalu minta tolong ke pos Satgas Pamrahwan Yonif 600/Modang. Oleh prajurit, kemudian mengamankan korban bersama seorang temannya  lalu dibawa ke pos menunggu dibawa ke Polsek keesokan hairnya. Sebab, kejadiannya sudha sore hari.

“Keesokan harinya, baru diketahui kalau korban sudah meninggal dunia,” kata Danrem. Danrem menambahkan, informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar, ulah dari  korban bersama rekannya itu sering meresahkan. Makanya masyarakat meminta agar keberadaan TNI di sana tetap ada. “Jadi dua orang ini sering meresahkan,” pungkasnya.[FHS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *