Ini Penyebab Nelayan Indonesia Nekat Jaring Ikan di Negara Sebelah
Merauke, PSP – Bukan tidak memiliki motivasi, para nelayan di Merauke hingga harus melewati batas teritorial di perairan laut antara Indonesia-PNG-Australia untuk mencari ikan.
Peristiwa Kapten Kapal Calvin 02 Sugeng pun terpaksa meregang nyawa setelah diberondong senjata api tentara PNG karena diduga mencuri ikan di perairan PNG.
Mereka nekad melewati batas negara, dengan ancaman nyawa dikarenakan hasil laut Arafura tidak semelimpah dulu lagi.
Hal ini diungkapkan salah seorang mantan nelayan dari Pantai Lampu Satu H. Sanaik yang kini sudah menggantungkan jaringnya.
Sejak tahun 80-an H. Sanaik yang merupakan kapten kapal kala itu sudah bergelut dengan ombak laut Arafura untuk mencari ikan bersama anak buahnya.
H. Sanaik menyebutkan, hanya bermodalkan kompas dan berpedoman kepada bintang malam sebagai pengarah serta bahan makanan (Bama) nelayan dulu bisa membawa ikan diatas kapal mencapai ton.
“Kalau wilayah saya dulu di Kimaam, dulu itu ikan melimpah, dengan kapal kecil saja bisa membawa ikan sampai ton – ton,” ujar H. Sanaik dikediamannya kemarin.
Dilanjutkan H. Sanaik, kemudahan mendapatkan ikan dulu, menurutnya dikarenakan belum banyaknya kapal – kapal bertebaran di laut Arafura.
“Itu dulu, kapal belum banyak makanya ikan pun melimpah, sekarang saya dengar kapal dari luar daerah sudah banyak ditengah dan ikan tidak kayak dulu lagi, saya dulu belum pernah ke perairan PNG karena ikan kan banyak disini. Dan tidak pernah terdengar juga ada nelayan yang melewati batas sewaktu jaman saya,” kata H. Sanaik.
Tapi beda dengan sekarang, sambung H. Sanaik, beberapa nelayan memberanikan diri melewati batas antar negara.
“Sejak saya berhenti (sebagai nelayan) di tahun 2005 baru kita dengar ada yang lewat – lewat batas,” ucap pria 67 tahun ini.
H. Sanaik menyebutkan, kala itu syahbandar juga mengeluarkan SK sebagai kapten kapal ditahun 1992.
Ditempat yang sama, Zainal yang merupakan anak dari H. Sanaik yang mencoba meneruskan profesi sang ayah, mengatakan motivasi para nelayan mengambil ikan sampai di negara sebelah tidak ada hal lain selain sudah susahnya mencari ikan di laut Indonesia khususnya Arafura.
“Faktor utama apalagi, kalau bukan hasil laut sudah tidak ada lagi, alasannya itu saja, pemikirannya kalau melewati sedikit (kearah perairan PNG/Australia) mungkin dapat sedikit, kan begitu,” ujar Zainal.
Zainal juga mengatakan, saat ini kapal – kapal dari luar daerah seperti Jakarta, Tanjung Balai banyak mencari ikan di laut Arafura.
“Soal surat ijin kita tidak tahu, apakah mereka punya atau tidak. Banyak kapal ditengah, dari luar kadang mereka menyebrang ke sebelah juga (PNG),” ujar Zainal.
Zainal mengakui, kalau kapal – kapal dari luar Papua itu memiliki fasilitas yang lebih memadai, seperti radar dan fasilitas lainnya.
“Mereka kapal lengkap, kalaupun ada warning mereka bisa menghindar, kalau kapal disini cuma pakai apa adanya seperti GPS,” kata Zainal.
Ditambahkan, jika malam tiba tengah laut tampak seperti pasar, ketika lampu – lampu kapal dinyalakan. [ERS-NAL]