Pembangunan Sirkuit Balap FREEGEEB Waninggap Sai Gautak Telan Biaya Rp. 95 M lebih

Bupati Merauke bersama Kapolres dan pejabat lainnya saat menguji coba sirkuit balap motor FREEGEEB Waninggap Sai GauTak. Foto: PSP/FHS
Merauke, PSP – Sirkuit balap sepeda motor FREEGEEB Waninggap Sai Gautak dibangun dengan standar IMI (Ikatan Motor Indonesia). Sirkuit ini memiliki panjang 1,85 km dengan total lebarnya 8 meter, disertai 14 tikungan yaitu 7 ke kanan dan 7 kekiri. Dengan kelebihan yang dimilikinya, sirkuit yang baru saja diresmikan oleh Bupati Frderikus Cebze ini akan menjadikan balap motor PON Papua akan lebih seru
Pada peresmian Sirkuit Balap FREEGEEB Waninggap Sai Gau Tak , Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Merauke, Ir.HBL.Tobing,MM mengemukakan pembangunan sirkuit itu menelan anggaran sebesar Rp 95.382.807.000. Dengan rincian, untuk pemadaan tanah sirkuit sebesar Rp.13.000.000.000. Perencanaan sirkuit balap motor, sebesar Rp 1.394.2222.500. Lalu, penyusunan amdal, sebesar Rp 1.655.558.000. Biaya, pembangunan sirkuit Rp. 78.098.084.000 dan pengawasan teknis pembangunan sirkuit sebesar Rp 1.234.942.500. Sirkuit tersebut dibangun diatas lahan seluas 26, 5 hektar.
Pembangunan sirkuit tersebut dikerjakan selama 303 hari kalender, mulai 2 Desember 2019 hingga 30 September 2020, menggunakan anggaran dari dana APBD tahun 2019 dan APBD tahun 2020. Pembangunanya telah rampung dan tinggal pemeliharan rumput.
Perencanaan sirkuit balap motor itu dimulai sejak Juli 2019, yang dalam proses perencanannya, diawali dengan studi banding terhadap beberapa sirkuit yang sudah ada yakni, Sirkuit Gery Mang Subang, Sirkuit Balap Sentull Internasional, Bogor, Jawa Barat, Sirkuit Bukit Peusar Tasikmalaya dan Sirkuit kalam, Samarinda, Kalimantan Timur.
“Ini sirkuit pertama di wilayah Indonesia bagian timur dan sirkuit kebanggan Papua,” bebernya.
Untuk pengelolaan nantinya, menurut Tobing, yang terbaik, bila ada pengelola khusus, semacam UPTD. Karena, jika hanya mengharapkan Bagian Umum Setda Merauke saja, yang mengelola, itu tidak kesampaian. “Kalau ada pengelola khusus, akan lebih baik,” ucapnya.
Selaku perencana pembangunan, Tobing berharap keberadaan sirkuit itu bisa melahirkan pembalap-pembalap berbakat dan bisa bertanding di level nasional bahkan internasional. Sebab, sirkuitnya sudah memenuhi syarat. “Ini merupakan mega karya terakhir saya. Karena, Januari 2021, saya sudah pensiun,” pungkasnya.[FHS-NAL]