Para Tokoh di Selatan Papua Kutuk Keras Pembantaian di Nduga
Timo : Kami Minta Pemerintah Menumpas Kelompok Tersebut
Merauke, PSP – Tokoh masyarakat hingga tokoh agama di selatan Papua mengutuk keras atas pembantaian yang dilakukan oleh kelompok yang berseberangan dengan NKRI dengan menghilangkan 10 nyawa dan salah satu diantaranya seorang pendeta di Kabupaten Nduga, 16 Juli 2022 lalu.
Salah satu tokoh masyarakat Merauke, Paskalis Imadawa, menyebut pembantian yang membabi buta tersebut sungguh tidak manusiawi dan sangat melanggar Hak Azasi Manusia (HAM). Perbuatan itu tidak boleh dibiarkan, sehingga perlu ada tindakan dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.
“Pelakunya harus dikejar dan diproses sesuai hukum yang berlaku,” tegas Paskalis, Sabtu kemarin.
Di sisi lain, ia mengajak masyarakat agar tidak terprovokasi dan tidak menyebarluaskan informasi yang sifatnya menuju disintegrasi bangsa. Begitu pula dengan terkait pembantaian itu, karena sungguh tidak manusiawi.
“Secara pribadi dan tokoh mengutuk keras perilaku seperti itu,” ucapnya.
Hal yang sama juga disampaikan tokoh masyarakat adat dari LMA Malind Anim Ha, Timoteius Gedy Mahuze. Ia juga meminta agar masyarakat penghuni bumi Anim Ha tidak terprovokasi dengan isu-isu yang sedang berkembang di Papua, khususnya yang terjadi di Nduga, baru-baru ini oleh sekelompok masyarakat. Hal itu, menurutnya, merupakan tindakan yang tidak manusiawai, menghilangkan nyawa orang dengan membacok, menembak bahkan memotong kepala orang.
“Tindakan seperti ini dengan tegas saya mengutuk apa yang dilakukan kelompk tersebut. Tindakan mereka adalah geasnya.
Untuk itu, Timo mendesak pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi segera menumpas kelompok tersebut. Sebab, mereka bukan lagi asas kemanusiaan yang mengatasnamakan orang Papua. “Orang Papua tidak punya hati busuk seperti kalian (kelompok separatis,red). Kalian adalah teroris,” kata Tomo dengan nada geram.
Ketua FKUB Merauke, Pastor Yohanes Kandam juga mengutuk kekerasan tersebut. Dengan tegas ia mengaku tidak menerima peristiwa penembakan seorang pendeta dan umat yang ada di Nduga.
“Saya sebagai tokoh agama di Papua selatah dengan tegas menolak kekerasan, menolak kejahatan yang ditimbulkan oleh pertikaian,” tegasnya. Umat di selatan Papua, kata Pastor kandam, sungguh sedih mendengar peristiwa yang terjadi. Apalagi itu terjadi kepada seorang hamba Tuhan dan umat beragama yang ada disana. “Dengan rasa menyesal kita menerima peristawa itu, tapi sekaligus dengan tegas menolak kekekasan yang terjadi, baik di Nduga, di wilayah Papua, umumnya bahkan di Indonesia,” tandasnya.[FHS-NAL]