Ini Penjelasan BPJN untuk dapatkan Jalan Berkualitas di Merauke

0

Ir. Gunadi Antariksa,ST.,M.Sc

Merauke, PSP – Baru – baru ini Bupati Merauke Drs. Romanus Mbaraka, MT menyampaikan bahwa untuk mendapatkan kualitas jalan yang bagus di Merauke harus merogoh dana sebesar Rp. 6 sampai 8 milliar untuk satu kilometernya.

Hal ini Bupati Mbaraka sampaikan mengingat kondisi tekstur tanah di Merauke tidak mampu mendukung ketahanan jalan yang jika dibuat secara biasa – biasa saja.

Kepala Balai Pekerjaan Jalan Nasional (BPJN) Merauke Ir. Gunadi Antariksa,S.T.,M.Sc yang dimintai penjelasan terkait pekerjaan kontruksi jalan, mengatakan bahwa sedianya perlu dilakukan hitungan. Akan tetapi, Antariksa tidak menepis mengenai biaya yang harus dikeluarkan mencapai 6 hingga 8 milliar perkilometernya.

“Secara persis saya memang belum tahu, karena itu perlu dihitung, iya (kalau hitungan kasar ya segitu),” ujar Antariksa saat ditemui di kantornya, Selasa (14/2).

Antariksa menjelaskan, perjalanan pekerjaan jalan sejauh ini sedianya memiliki sedikit perubahan untuk mendapatkan kualitas.

“Konsep kita disini itukan menggunakan soil semen, karena disini tidak ada batu.

Jadi tanah yang ada, dicampur semen itu yang disebut soil semen. Kalau sejarahnya dulu, kan pakai latasir bahasa awamnya aspal goreng tapi menggunakan itu tidak bertahan lama,” kata Antariksa.

Namun, sekarang tetap menggunakan soil semen ditambah aspal panas berbahan kresek berjenis AMP (Asphalt Mixing Plant)

“Perkembangan itu kenapa, karena dulu AMP masih susah didapatkan, namun sekarang sudah ada AMP. Yang kemudian setelah diteliti struktur pondasinya jika menggunakan soil semen ternyata tidak tahan. Akhirnya sekarang menggunakan materil pilihan, artinya material itu berbatu. Sebenarnya sama dengan soil semen tetapi tidak menggunakan tanah yang sembarangan, itu yang sekarang digunakan, itu lebih baik,” kata Antariksa menjelaskan.

Ia beranggapan, jika konstruksi menggunakan beton akan lebih berbeda. Dimana, ada dua jenis material perkerasan yang digunakan baik rigid (beton) atau fleksibel (aspal).

“Sekarang tetap menggunakan soil semen, tapi yang pilihan tidak sembarang, artinya ini bukan konstruksi beton ya.

Kalau beton lebih mahal lagi, Kalau yang paling tahan itu ada 2 yaitu rigid atau fleksibel, yang sejarahnya paling tahan yakni rigid dibawahnya memang beton,” tuturnya.

Antariksa menambahkan, untuk ketebalan aspal di wilayah naungan BPJN sejauh ini setebal 5 sentimeter. “Kalau ketebalan aspal pada umumnya itu 5 sentimeter karena lalu lintasnya belum banyak disini,” tambahnya. [ERS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *