MRP Papua Selatan Minta Penghentian Sementara Pemberian Mahkota Cenderawasih kepada Tamu

0
Ketua MRP Papua Selatan bersama beberapa anggota saat menyamb itu pengunjuk rasa di kantor MRP Papua Selatan.

Ketua MRP Papua Selatan bersama beberapa anggota saat menyamb itu pengunjuk rasa di kantor MRP Papua Selatan.

Merauke, PSP – Menyikapi kasus pembakaran mahkota Cenderawasih di Jayapura, Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Selatan meminta agar sementara waktu tidak memberikan mahkota Cenderawasih kepada tamu-tamu yang datang seperti kebiasaan selama ini.

“Kami meminta sementara ini jangan ada yang memberi mahkota kepada tamu-tamu yang datang seperti yang biasa dilakukan,” ujar Katayu.

Hal tersebut disampaikan Ketua MRP Papua Selatan, Damianus Katayu, saat menerima massa Aliansi Mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi di kantor MRP Papua Selatan, Senin (3/11).

Dalam aksi yang dimotori Basilius Bovi, para mahasiswa menuntut MRP menggelar sidang luar biasa untuk mengevaluasi tindakan yang dinilai melukai martabat budaya masyarakat adat. Mereka juga meminta MRP segera menyusun Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) tentang perlindungan simbol-simbol budaya adat seperti mahkota Cenderawasih, serta membentuk tim pemantauan sosial-budaya dan keamanan masyarakat adat.

Selain itu, pengunjuk rasa juga menuntut pencopotan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, yang dinilai turut bertanggung jawab atas insiden pembakaran mahkota tersebut.

“Kami minta kepala BBKSDA dicopot dari jabatannya. Kasus pembakaran mahkota Cenderawasih ini harus ditangani, sebab ini tanggung jawab moril MRP,” tegas Basilius Bovi dalam orasinya.

Menanggapi tuntutan itu, Ketua MRP Papua Selatan Damianus Katayu menyampaikan bahwa pihaknya telah terlebih dahulu menyuarakan hal serupa.

“Kami minta kepala BBKSDA Papua dicopot dari jabatannya, dan kami sudah suarakan ini sejak peristiwa terjadi,” ujar Katayu.

Katayu menilai, mahkota Cenderawasih sebagai simbol budaya seharusnya tidak dimusnahkan, melainkan disimpan atau dijadikan koleksi museum. “Sedianya itu jangan dibakar, tapi disimpan atau dimuseumkan,” katanya.[ERS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *