Manuver 30 Cucum Pukau Pengunjung Festival Budaya Asmat

0

Acara manuver 30 perahu di Agats dalam rangkaian Festival Budaya Asmat. Foto: PSP/ERS

Merauke, PSP – Sebanyak 30 cucum (perahu tradisional)  yang terbuat dari kayu pohon Ketapang Hutan dan kayu Cih bermanuver di sungai Asuwet Pelabuhan Feri Kota Agats Kabupaten Asmat, Minggu (9/10).

Atraksi khas budaya Asmat dengan perahu itu, digelar dalam rangkaian Festival Budaya Asmat ke – 35 tahun yang diagendakan berpuncak pada 12 Oktober 2022 mendatang sejak dimulai 6 Oktober 2022 lalu.

Gerakan cepat para ‘Manusia Perahu’ di atas air mengayuh tongkat dayung sambil berteriak, menunjukkan budaya Asmat yang satu ini sampai dihadiri warga mancanegara.

Menurut Ketua Festival Budaya Asmat Pokman, Emericus Sartol, atraksi yang dipertunjukkan dengan bermanuver di atas air oleh yang disebut Manusia Perahu dari Asmat itu, sebagai bentuk uji coba kelayakan ‘cucum’ (perahu) yang ditungganginya.

Lebih dari itu, kata Sartol, pagelaran yang diikuti 3 marga itu baik Kumor, Par, dan Amor sebagai bentuk menolak lupa Manusia Perahu.

“Ada dialog antara yang di darat (penonton) dengan mereka (Manusia Perahu). Dengan pertanyaan ‘mengapa kalian datang, kemudian penonton menjawab bahwa mereka datang atas adanya undangan untuk ikut berpesta’. Kemudian disambut dengan teriakan (wah wah wah) dari manusia perahu disambut gembira dengan pecahan kapur dan terompet. Dalam bermanuver itu mereka menunjukkan bahwa perahu mereka layak untuk mencari makan ataupun berperang (masa lampau), dan satu lagi sebagai bentuk bahwa kita tidak melupakan manusia perahu ada ,” jelas Sartol.

Perahu yang ditunggangi 5 sampai 6 orang dengan atribut tradisional melekat di tubuh, berdiri di dalam perahu sambil beratraksi dibawah terik sinar mentari.

Diterangkan Sartol, jaman sekarang banyak orang di kampung – kampung lain yang sudah bergeser dari perahu kayu ke fiber.

“Jaman modern ini banyak di kampung yang sudah pindah ke perahu fiber, tapi kami masih menghargai perahu kayu, kami berupaya mempertahankannya, sebab bagi kami ini jati diri,” terang Kurator Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat ini.

Begitupun mengenai panjang perahu, sebut Sartol, memiliki panjang 7 hingga 10 meter berbentuk cekung.

“Pembuatan panjang perahu juga tergantung dari kekuatan mereka, dan tergantung dari panjang pohon yang didapat,” sebutnya. Sebagai informasi, Festival Budaya Asmat Pokman diikuti 590 seniman dan seniwati, yang terdiri dari 200 orang pengukir, 60 orang pengayam, 180 orang penari dan 30 manuver perahu. [ERS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *