Nelayan Buang Ikan Hanya Ambil Gelembung, PPN : Itu ada nilai ekonomisnya

0
Susanto Masita, MH

Susanto Masita, MH

Merauke, PSP – Gelembung Kakap Cina yang memiliki nilai ekonomis tinggi menjadi incaran nelayan – nelayan ketika pergi berlayar ke laut Arafura. Namun, yang sungguh disayangkan beberapa nelayan justru membuang ikan seusai mengambil harta karun di dalam perut ikan tersebut.

Seorang nelayan yang sempat ditanyai di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Merauke kemarin, mengaku cuma membutuhkan gelembung ikan untuk dijadikan uang, sementara ikan dibuang begitu saja ditengah laut tanpa memikirkan dampak buruk bagi ekosistem di lautan.

“Kami cuma ambil gelembungnya saja, ikannya seperti kemarin kami dapat 300 ekor ambil gelembungnya, ikannya kami buang ditengah laut,” ungkap nelayan itu.

Menanggapi hal itu, Koordinator Kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Merauke Susanto Masita,MH mengakui beberapa nelayan yang tidak memiliki lemari pendingin di kapal membuang ikan setelah mengambil gelembungnya.

Menyoal tentang harus adanya lemari pendingin bagi kapal 30 GT, Susanto Masita mengatakan bukan biaya yang sedikit ketika membuat lemari pendingin di kapal.

“Ya memang mereka akui, mereka tidak memiliki pendingin di kapal. Dan memang untuk menghadirkan alat pendingin di kapal itu membutuhkan biaya besar,” ujar Susanto Masita dikantornya kemarin.

Dia mengungkapkan, sudah melihat sendiri nelayan membuang ikan setelah mengambil gelembungnya.

“Saya juga tidak tinggal diam, dengan adanya seperti itu, sebenarnya sudah diharuskan dan diwajibkan (memiliki pendingin). Karena ikan hasil tangkap ini ketika dibuang dilaut itu menjadi sampah dan mencemarkan. Ikan dibuang ton – ton, saya sudah lihat, dengan bangganya lagi nelayan itu memposting. Apakah sangkin kaya nya, sangkin tidak butuhnya uang,” tutur dia.

Dikatakan dia, pihaknya tengah menyarankan agar hasil tangkap ikan sedapat mungkin diasinkan. Sebab, dalam persetujuan pergi berlayar diketahui untuk menangkap ikan bukan menangkap gelembung.

“Makanya kami sarankan ikan hasil tangkap itu dibuat menjadi ikan asin, karena sudah ada yang mencoba bahwa sekarang ikan untuk diasinkan itu tidak harus dalam bentuk segar.  Namanya ikan long, yang hanya di garamin dan itu tembus pasar ekspor. Dan seharusnya mereka (Nelayan) jangan bodoh, itu memiliki nilai ekonomis,” ucap Susanto.

Kata dia, pendingin (cool storage) di PPN hanya mampu menampung 280 ton ikan.

“Kalau bawa 5 ton saja perkapal misalnya 200 kapal, sudah pasti kewalahan, sementara daya tampung cuma 280 ton,” sebutnya.

Dilanjutkan, bahwa PPN sudah beratensi ke kementrian lembaga terkait agar ada penambahan pendingin dengan daya tampung 1000 ton. “Itu rencana akan dibangun disini. Supaya tidak ada alasan lagi bagi nelayan tidak membawa ikan masuk ataupun membuangnya,” imbuh Susanto. [ERS-NAL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *