Warga Panik, ‘Calo’ Pertalite Jadi Penyelamat

0
BBM

Ilustrasi

Sorong, PSP -Kota Sorong merupakan satu kota di Provinsi Papua Barat sering dijuluki sebagai kota minyak. Julukan itu ternyata tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Bahwa selama kurang lebih satu minggu terakhir ini kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat namun tidak diimbangi dengan pasokan BBM di wilayah Kota Sorong yang memadai.

Akibatnya berbagai kendaraan mulai dari truk, mobil angkutan, mobil pribadi dan motor antri panjang di setiap SPBU di Kota Sorong untuk mendapatkan pasokan BBM.

Pantauan media ini, kondisi antri panjang ini sudah mulai dari Jumat (5/11) sampai Minggu (7/11). Masyarakat rela kehujanan hanya untuk mengantri berjam-jam bahkan bermalam demi mendapatkan BBM. Bukan hanya satu SPBU yang mengalami stok BBM habis. Di seluruh SPBU di Kota Sorong yang terdiri dari SPBU Kampung Baru, SPBU Jl. Baru, SPBU Sorpus, SPBU KM. 9 dan SPBU dekat Masjid Raya mengalami kelangkaan serupa.

Di SPBU KM. 9, antrian panjang hampir sekitar 1 KM mulai dari depan SPBU sampai mentok di Batalion. Kondisi panjang antrian yang sama pun terjadi di sejumlah SPBU dengan panjang antrian bervariasi.

Baharudi, sopir hilux yang sudah paru baya duduk manis sambil mengunya sarapan pagi di atas mobilnya. Ternyata pria beruban ini sudah antri sejak pukul 5.00 WIT di SPBU Jl. Baru.

“Saya sudah antri solar dari jam lima pagi, sampai saat ini juga belum diisi karena mereka bilang BBM sudah habis,” akunya kepada media ini di SPBU Jl. Baru, Sabtu (6/11).

Menurutnya kelangkaan BBM ini terjadi disebabkan adanya penjual eceran yang sering mengambil BBM dengan volume yang banyak. Ini kemudian tidak ditertibkan secara baik oleh pihak berwajib sehingga penjual eceran ini menjamur di setiap emperan jalan Kota Sorong.

Karena itu dia berharap kiranya kondisi segera diatasi kemudian menjadi bahan evaluasi bagi pihak pertamina sehingga tidak mengulang hal yang sama di kemudian hari.

“Kondisi ini tentu berdampak buruk bari pendapatan bagi pencari rupiah. Karena itu saya berharap ini perlu diatasi secara baik oleh pertamina supaya tidak terjadi lagi,” harapnya.

Menyikapi kelangkaan BBM ini, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Perindustrian Kota Sorong, Duma Patandungan, ST menjelaskan berkaitan dengan kelangkaan BBM yang terjadi selama ini, Dinas Perindustrian Kota Sorong selalu melakukan koordinasi dengan 5 SPBU yang tersebar di Kota Sorong.

Ternyata, katanya antrian itu bukan karena stok BBM tidak ada sehingga menjadi langka, melainkan dipengaruhi oleh luas lokasi SPBU di Kota Sorong, rata-rata sangat kecil. Berbeda dengan SPBU di kota besar yang bisa menampung lima atau enam mobil sekali isi.

“Ini yang menjadi persoalan sekarang setelah kita survei ternyata bukan langkanya BBM di SPBU tetapi memang luas lokasi SPBU sangat kecil sehingga berdampak pada antrian panjang,” jelasnya kepada media ini di ruang kerjanya, Jumat (5/11).

Diakui bahwa antrian panjang ini pun tidak selamanya berjalan terus menerus, mungkin satu atau dua kali dalam seminggu. Karena pada waktu yang sama seluruh mobil angkutan sama-sama membutuhkan BBM sementara tempat SPBU sangat kecil sehingga terjadilah antrian panjang.

“Jadi stok BBM di SPBU Kota Sorong selalu ada terus, hanya sering terjadi antrian karena memang tempat SPBUnya kecil,” tegasnya.

Unit Manager Communication dan CSR Pertamina Regional Papua Maluku, Edi Mangun memberikan tanggapan atas persoalan BBM akhir-akhir ini di Kota Sorong. Menurutnya, memang akhir-akhir ini petugas di terminal pertamina sedang sibuk mengatur stok dan distribusi karena ada kendala pda rotasi kapal-kapal tenker yang berlayar di wilayah Maluku-Papua.

“Ketika cuaca buruk maka keterlambatan kapal itu bergerak dari satu titik ke titik lain, itu menyebabkan rangakaian keterlambatan bisa terjadi,” akunya kepada media ini dalam siaran persnya.

Diakui bahwa setelah berkoordinasi dengan pihak Pertamina Jayapura dan Intergrated Wayame, Sorong dan depot-depot lain sudah dipastikan bahwa kondisi yang tengah terjadi saat ini bisa diselesaikan untuk kemudian bisa kembali normal sebagaimana mestinya.

“Maka mulai dari malam ini seluruh SPBU yang bekerja sama dengan pertamina akan disuplai BBM untuk bisa menjawab kebutuhan masyarakat,” ungkapnya.

Dia memastikan bahwa paling lambat Minggu (7/11) kapal pengangkut BBM akan memasuki wilayah Sorong dengan membawa BBM subsidi maupun non subsidi. Kendatipun kapal tersebut tiba tanggal 7 tetapi stok yang masih ada di depot pertamina akan didistribusikan ke setiap SPBU.

Hal senada pun ditambahkan Sales Branch  Manager Rayon I Papua Barat, Made Mega. Menurutnya, stok BBM di Kota Sorong masih ada dan siap disalurkan ke setiap SPBU.

Dia pun menyarankan kepada masyarakat agar jangan merasa panik yang berlebihan karena akan berdampak pada panik buying kemudian terjadilah yang namanya antri panjang untuk membeli BBM yang berlebihan.

“Stoknya masih ada dan kita siap menyalurkan ke SPBU. Saya harap masyarakat jangan panik,” jelasnya kepada media ini di salah satu rumah makan di Kota Sorong, Jumat (5/11).

Diakui bahwa dalam minggu ini memang ada peningkatan permintaan masyarakat akan BBM, baik itu pengguna solar maupun gazolin yaitu premium maupun pertalite. Meskipun demikian, namun Pertamina tetap bisa menyediakan dan menyalurkan BBM ke SPBU, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sorong.

Calo BBM Beraksi

Cerdas itulah bahasa yang tepat di berikan kepada beberapa warga Kota Sorong. Mereka begitu lihai dalam melihat peluang bisnis. Ketika terjadi kepanikan warga dengan isu, Bahan Bakar Minyak (BBM) langkah dan habis. Membuat warga panik dan membuat antrian mengular di setiap Stadion Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Melihat antrian pengendara mobil dan motor   terbayang situasi ketika hendak masuk stadion untuk menonton konser musik atau pertandingan sepakbola. Di saat situasi itulah, beberapa warga yang cerdas melihat peluang tersebut untuk menjadi lahan bisnis.

Mereka pun bertindak bagaikan calo yang menjual tiket masuk untuk menonton live konser dan pertandingan sepak bola. BBM jenis pertalite yang di SPBU dijual dengan harga fantastik.

 Pertalite dalam botol dengan ukuran tidak sampai satu liter dijual dengan harga Rp25. 000 di hari pertama. Hari kedua harga naik menjadi Rp 30.000. Untuk ukuran full 1 , 5 liter dijual dengan harga Rp50. 000.

Begitu para calo beraksi membuka dagangannya, dalam hitungan menit dan tidak sampai satu jam, dagangan pertalite yang dijual habis.

Kondisi ini bisa dimaklumi, sebab para pengendara terutama sepeda motor tidak ingin menghabiskan waktu untuk antri di SPBU sekitar 1 sampai 2 jam. Bahkan dari beberapa pengendara yang memilih antri di SPBU mengatakan mereka ada yang antri sampai mencapai 3-4 jam hanya untuk mengisi BBM buat kendaraannya.

Aktivitas para calo BBM pertalite ini, boleh dikata sangat mujur, sebab akan sulit terlacak, bila aparat keamanan tidak rutin patroli.

Wartawan media ini pun turut ikut berebutan untuk mendapatkan BBM pertalite yang dijual sang calo. Ketika rekan salah satu calo mengisi, sempat keluar dari mulut sang calo, bahwa BBM di dapat dari Katimin atau sekitar 10 kilo dari kota Sorong sehingga harga jualnya Rp25. 000. “Kita baru bawa turun dari Katimin. Makanya harganya Rp25. 000,” ujar rekan calo BBM pertalite.

Padahal biasanya harga BBM eceran dalam botol yang dijual di pinggir jalan untuk ukuran full botol air mineral ukuran 1,5 liter dijual dengan harga Rp15. 000 per botol. Sedangkan ukuran 1 liter di jual dengan harga Rp. 10.000 per botol.

Para pengecer BBM dalam botol di sepanjang jalan dalam Kota Sorong, sebenarnya secara aturan dan telah ditegaskan oleh Pihak Pertamina, bukan pengecer resmi. Sebab pihak Pertamina punya kategori sendiri mengenai pengecer.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, kegiatan usaha hilir dilaksanakan oleh badan usaha yang telah memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh Menteri dan diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan.

Dengan demikian, kegiatan usaha pembelian, penyimpanan, dan penjualan BBM harus berbentuk badan usaha, bukan perorangan. Sedangkan jika yang dijual adalah BBM bersubsidi, maka dapat dipidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi Rp. 60.000.000.000,- (enam puluh miliar Rupiah).

Sudah Dua Minggu SPDN Tutup

Kesulitan BBM berdampak pula pada para nelayan di jembatan puri, Kota Sorong.  Salah satu nelayan, Rits mengatakan sekarang mencari BBM sangat susah apalagi setiap harinya ia membutuhkan 200 liter bensin untuk 2 mesin, pengunaan bensin tergantung tempat pemancingan semakin jauh semakin banyak membutuhkan bensin.

Biasanya, Rits membeli BBM langsung ke SPBU atau membeli di pangkalan-pangkalan. “Saat ini ikan mudah didapat, karena cuaca sedang bagus, namun sekarang di sulitkan dengan BBM,” ucap Rits. 

Untuk mendapatkan menjaring dan mancing , Rits mengadalkan motor temple dengan dua mesin. Body perahu miliknya bisa menampung 2 ton ikan. Wilayah pemancingan di area Raja Ampat, Misol, Batanta, dan pulau Ayau.

“Tidak semua nelayan menjual ikannya sendiri, karena nelayan ada yang sudah bekerjasama dengan penjual setelah sampainya di dermaga berapa pun ikan yang dibawa nelayan akan diambil pengepul bisa dibilang penjualan tangan kedua, “ucap Rits.

Kondisi yang sama dialami pula oleh salah seorang nelayan lainnya. Lukman, nama nelayan itu. Dia mengaku sangat sulit mencari BBM padahal cuaca sedang bagus untuk mencari ikan.

“Kita bisa memancing tergantung orang yang mengantar solar, karena sudah ada orang di luar yang biasa mengantar solar didermaga kita hanya terima di tempat saja,” kata Lukman.

Kapal milik Lukman mengunakan bahan bakar solar sebanyak 70 liter dengan  area pemancingan di wilayah perairan Raja Ampat.  “Kapal saya bisa memuat 5 ton ikan, ” ucap Lukman.

Ketika wartawan media ini, sedang melakukan wawancara terlihat salah satu nelayan, sedang menggangkut beberapa jerigen  kosong yang akan di isi bensin untuk stok.  etika ditemui, nelayan tersebut biasanya mengambil  bensin sebanyak 1.000 liter.

Kondisi ini cukup mengherankan, sebab para nelayan tidak membeli minyak di SPDN Jembatan Puri yang berada di dekat pelabuhan. Malah harus pergi jauh ke SPBU di Jalan Baru. Menurut informasi yang wartawan koran ini dapatkan, masyarakat SPDN  tersebut sudah tidak beroperasi sekitar 2 minggu, karena minyak kosong. [JVN/EYE/EKA-SF]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *